
Surabaya, Investigasi.today – Sebanyak 37,309 jemaah haji yang pindah dari Madinah ke Makkah terdeteksi sebagai jemaah berisiko tinggi (risti). Sebagian besar menderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).
Hal itu yang menyebabkan angka kematian di minggu pertama tertinggi dibandingkan beberapa tahun belakang. Kepala Seksi Kesehatan Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah Dr Ardjuna mengatakan, data itu didapat setelah 96 kloter berpindah dari Madinah ke Makkah dalam tujuh hari pertama.
Rata-rata jemaah risti memiliki komorbid yang menjadi triger penyakitnya kambuh dan parah akibat cuaca. Menurut dia, sampai saat ini ada 1,919 jemaah yang sudah memeriksakan diri ke klinik dalam seminggu pertama.
Di luar itu, dideteksi 145 kasus ditemukan di sektor. Sebanyak 13 kasus dirujuk ke rumah sakit. “Pencegahan yang paling simpel minum air tanpa menunggu haus,” jelasnya.
Sampai sekarang, ada 61 jemaah yang rawat jalan, 14 orang menjalani rawat inap. Jika dilihat asal jemaah, secara berurutan tertinggi dari Jawa Tengah , Jawa Timur, Jawa Barat, dan lampung.
Sementara itu, ada enam jemaah yang wafat di Makkah. Tiga di antaranya masih memakai ihram. “Ternyata ada yang wafat ketika tawaf. Ada juga yang setelah tawaf,” ucapnya.
Menurut dia, KKHI mencoba mencari faktor penyebab. Ada kemungkinan jemaah kecapekan setelah menempuh perjalanan dari Madinah ke Makkah.
Perjalanan memakan waktu kurang lebih 4-5 jam. Setelah sampai di hotel, jemaah ada yang langsung diminta untuk umroh. Ada juga yang istirahat 1-2 jam.
“Mengingat usia yang lansia, butuh istirahat lebih. Cukup mengembalikan stamina jamaah khususnya lansia,” ucapnya.
Sementara itu, Direktur Bina Haji Arsyad Hidayat menambahkan, sampai hari ke-16, 28 calon jemaah haji meninggal dunia. Angka itu tertinggi selama enam tahun terakhir.” Apakah ada korelasi, meski kematian itu masalah takdir,” jelasnya. .
Dia juga sependapat angka jemaah risti yang menyentuh angka 75 persen, sangat tinggi sekali. “Kami minta seluruh petugas tingkatkan kesiapan dan kedisiplinan di seluruh sektor,” ucapnya. Salah satu yang bisa dilakukan perlu pemetaan jemaah lansia. (Slv/*)


