
Gresik, Investigasi.today – Demi memproduksi masker untuk dibagikan secara gratis ke masyarakat, instansi pendidikan bahkan ke anggota polisi. Sejumlah santri di Ponpes Mambaul Ihsan, Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik, Jawa Timur rela tidak pulang.
Santriwati Mambaul Ihsan yang mempunyai keahlian khusus bidang tata busana dan butik ini sudah memproduksi seribu masker kain yang bisa dipakai berkali-kali. Uniknya, masker yang dibuat para santri ini terdapat lubang disisi atas sehingga bisa ditambah tissu. Hal ini sebagai langkah agar masker bisa tetap steril ketika digunakan serta sesuai standar medis.
Pada Minggu (5/4) pagi, sejumlah santri mendatangi Polsek Ujungpangkah untuk memberikan masker kepada anggota polisi yang sedang berjaga. Alasan memberikan ke anggota polisi karena korps bhayangkara bersama pemerintah dan TNI menjadi satuan yang ikut melawan penyebaran Covid-19 khususnya langkah preventif di masyarakat.
Pengasuh ponpes Nafisul Atok mengatakan “selain tenaga medis, polisi merupakan garda terdepan untuk melawan corona, ini salah satu alasan kami berikan masker ke polisi,” ungkapnya.
Atok menuturkan bahwa pihaknya sudah memproduksi ribuan buah masker yang dibagikan secara gratis ke masyarakat maupun instansi pendidikan. Aksi kemanusiaan yang dilakukan ini merupakan bentuk dukungan santri untuk melawan virus yang menjadi pandemi di seluruh dunia, bahkan Indonesia.

“Karena corona, sudah sekitar 300 santri yang dipulangkan. Saat ini tinggal 60 santri yang masih di pondok karena rumahnya jauh-jauh, makanya ikut aksi kemanusiaan memproduksi masker,” tuturnya.
Salah satu santriwati Anis Mayanti mengatakan, ia bersama puluhan santriwati telah memproduksi masker sejak beberapa minggu. Dalam sehari, ia mengaku bisa memproduksi 100 masker. “Ini karena tak pulang, apalagi rumah saya jauh di Pulau Bawean ini untuk mengisi waktu luang di pondok. Kami memproduksi masker untuk dibagikan ke masyarakat,” ungkapnya.
Anis menuturkan untuk membuat satu masker tak membutuhkan waktu lama. Sebab, pekerjaan yang dilakukan dibagi seperti kenjahit, memotong bahan dan membuat sketsa masker.
Meskipun masih aktif berkegiatan, Anis mengaku pondoknya menerapkan protokol kesehatan yang ketat agar terhindar dari wabah virus corona. Bahkan, ketika membuat masker dilakukan physical distancing atau berjarak.
“Semoga wabah corona ini segera berakhir agar kegiatan di pondok pesantren bisa kembali normal dan semuanya sehat,” harapnya. (Slv)