
Surabaya, Investigasi.today – Usia lanjut tidak menjadi halangan bagi seseorang untuk bisamenyelesaikan jenjang pendidikan hingga strata tertinggi. Itulahyang dibuktikan oleh Haryanto yang berhasil menuntaskan studidoktoralnya (S3) di Departemen Teknik Sistem dan IndustriInstitut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) di usia yang mencapai 60 tahun 11 bulan, Jumat (16/10).
Berkat tekad belajarnya yang kuat, lelaki yang akrab disapa Harini dinobatkan sebagai wisudawan tertua pada Wisuda ITS ke-122. Har akan diwisuda pada sesi pertama yang dilaksanakan secara daring, Sabtu (17/10).
Har mengungkapkan bahwa motivasinya dalam menuntut ilmuhingga ke tahap ini bermula dari hobinya dalam belajar. Sejakmenempuh program sarjana (S1) di Departemen Fisika ITS, lelaki berkacamata ini sudah menunjukkan antusiasme lebihdalam menimba ilmu. Hal ini ia buktikan dari banyaknya waktusenggang yang dimanfaatkan untuk membaca buku. “Jadi sejakdulu saya gemar mendalami teori yang didapat ketika kuliah,” tutur lelaki asal Mataram ini.
Setelah menyelesaikan studi S1-nya tahun 1984 silam, Harmemilih menjadi dosen agar ia mendapatkan kesempatan untukbelajar lebih lanjut. Berbuah manis, mahasiswa angkatanpertama Departemen Fisika ITS ini akhirnya melanjutkan studidengan banting setir ke bidang industri. “Selama dua tahunhingga 2005, saya fokus mempelajari manajemen operasional di Departemen Teknik Industri ITS,” tutur bapak kelahiran 1959 ini.
Dalam hidupnya, Har berprinsip bahwa belajar itu harus terusdilakukan sepanjang hayat. Tidak sekadar belajar, namun jugamengerjakannya dengan hati ikhlas dan riang gembira. Meskipun harus menggelontorkan uang demi melanjutkan studi, ia menganggap bahwa ini adalah bagian dari investasi untukdirinya. “Memang tidak mudah mencapai gelar tersebut, tetapisaya mendapatkan banyak manfaat darinya,” ujar dosen TeknikIndustri Universitas Surabaya (Ubaya) ini.
Har menceritakan, perjalanan kuliahnya dalam rentang waktu 20 tahun ini menyadarkannya atas dinamika yang dihadapimahasiswa di setiap zaman. Dahulu, mahasiswa harus bersusahpayah mencari materi kuliah di perpustakaan dan mengerjakantugas dengan bermodal mesin ketik. Kini, selain akses materikuliah yang mudah diakses di internet, pengerjaan tugas pun dapat dilakukan lewat komputer. “Saya juga jadi merasakannuansa perkuliahan daring di kala pandemi,” imbuhnya.
Pasca meraih gelar doktornya dengan predikat sangatmemuaskan, Har merasa tanggungannya menjadi lebih ringan. Ia merasa banyak pengetahuan anyar yang diperoleh dan harusia sampaikan kepada khalayak luas. Oleh karenanya, selainlewat ruang kuliah, ia bertekad untuk menyalurkan ilmunyamelalui tulisan. “Buah pikiran yang melekat di otak ini harussaya ekspresikan untuk memberikan manfaat bagi orangbanyak,” tegasnya bersemangat.
Doktor baru ini berpesan, mahasiswa harus antusias dalammenimba ilmu. Kini, fasilitas penunjang perkuliahan sudah jauhlebih baik dibandingkan dahulu. Mahasiswa hanya perlumengatur waktu agar durasi belajar maksimal. “Kuncinyautamanya ialah tekun dan menjaga suasana hati agar tetapgembira,” pesannya.
Untuk menyelesaikan program doktoralnya itu, Har mengangkatdisertasi berjudul Sistem Hubungan Industrial Berkelanjutan: Suatu Skenario Alternatif Redistribusi Nilai Tambah Industripada Konteks Indonesia. Di sana, ia menjabarkan eksplorasipemahaman hubungan industrial melalui tiga tahap.
Pertama ialah eksplorasi awal menyangkut hubungan antarapekerja, pemberi kerja, serta pemerintah. Selanjutnya ialaheksplorasi epistemologi dan metodologisnya. “Terakhir terkaitkemanfaatan sistem hubungan industrial berkelanjutan dikaitkandengan realitas ketimpangan penghasilan,” jelasnya. (Lg)