
Gresik, Investigasi.today – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terus melakukan kajian penelitian di Kabupaten Gresik. Kali ini, ada temuan arca Buddha di Dusun Batusendi, Desa Sidogedungbatu, Sangkapura, Pulau Bawean. Temuan arca itu pun langsung dikaji.
Dari hasil temuan tersebut, BRIN melalukan kajian dan uji lab. Hasilnya, ada historiografi (data sejarah) masyarakat Nusantara di Pulau Bawean. Sebab, dalam statusnya, Pulau Bawean juga merupakan salah satu jalur pelayaran dan perdagangan di masa lampau.
Peneliti Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah BRIN Hery Priswanto memberikan materi seminar hasil kajian koleksi Museum Giri arca Buddha perunggu Bawean di kantor Disparekrafbudpora Gresik.
Dia menyatakan, Bawean pada masa lampau adalah salah satu jalur pelayaran, perdagangan, dan historiografi masyarakat Nusantara. Keberadaan arca Buddha perunggu Bawean yang ditemukan saat ekskavasi pada 2018 menjadi bagian data kesejarahan di Pulau Bawean. Mulai prasejarah sudah ada, ditemukan kapak persegi terbuat dari batu, sedangkan masa sejarah pengaruh Buddha hingga kemerdekaan.
’’Keberadaan arca Buddha perunggu Bawean ini merupakan suatu artefak masterpiece. Kenapa demikian, karena sementara ini belum banyak ditemukan arca Buddha perunggu di Indonesia. Masih di Sulawesi dan Pulau Bawean,” ujar Hery.
Berdasar gambaran sementara, arca tersebut pada masa lampau dibawa masyarakat secara komunal. Yakni, saat bepergian ke suatu tempat untuk memenuhi kebutuhan religinya di Pulau Bawean. ’’Mendarat di Pulau Bawean untuk memenuhi kebutuhan religinya. Karena kebutuhan itu di mana pun harus terpenuhi,’’ imbuhnya.
Dia menambahkan, arca Buddha itu diperkirakan berasal dari abad ke-8 sampai ke-10 Masehi era Kerajaan Mataram Kuno. Selain arca, di Pulau Bawean ditemukan stupa kecil berbahan tanah liat.
Situs benda tersebut merupakan salah satu ikon penanda Buddhis. ’’Ada juga penemuan arca mahakala di Desa Sawahmulya, Kecamatan Sangkapura, Pulau Bawean,’’ ucapnya. (Slv)