
Gresik, investigasi.today – Petrokimia Gresik, perusahaan Solusi Agroindustri anggota holding Pupuk Indonesia berhasil melakukan improvement teknologi proses Pabrik Asam Fosfat HDH (Hemihydrate – Dihydrate). Inovasi yang terbukti mampu meningkatkan kuantum produksi Asam Fluorosilikat (H2SiF6) ini merupakan salah satu dukungan Petrokimia Gresik terhadap industri peleburan aluminium nasional.
Direktur Utama Petrokimia Gresik, Dwi Satriyo Annurogo menyampaikan bahwa, H2SiF6 adalah produk samping yang dihasilkan dari Pabrik Asam Fosfat Petrokimia Gresik, dan produk ini selanjutnya diolah menjadi Aluminium Fluoride (AlF3) yang dibutuhkan industri peleburan aluminium untuk menurunkan melting point, menaikkan conductivity electrolyte serta menurunkan pemakaian power.
“Kebutuhan AlF3 akan terus meningkat sejalan dengantarget pemerintah terkait produksi aluminium nasiona lsebesar 1,5 hingga 2 juta ton pada tahun 2025, selaras dengan amanat Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (PSN). Kami siap mendukung rencana tersebut,” tandas Dwi Satriyo, Selasa (20/12).
Ia pun mengungkapkan jika improvement pada pabrikAsam Fosfat Petrokimia Gresik ini merupakan pioneer, pertama dan satu-satunya di Indonesia. Improvement inijuga mampu meningkatkan kualitas Asam Fosfat yang merupakan bahan baku produksi pupuk NPK sejalan dengan komitmen Petrokimia Gresik menjaga ketahanan pangan nasional serta meningkatkan kesejahteraan petani melalui peningkatan produktivitas pertanian.
Desain awal Pabrik Asam Fosfat Petrokimia Gresik adalah menggunakan bahan baku phosphate rockJordan dengan kualitas high grade. Namun karenakondisi cadangan phosphate rock high grade dunia yang semakin menipis menjadikan tantangan tersendiri bagi perusahaan untuk mencari alternatif bahan baku sebagai solusi.
Melalui inovasi ini, akhirnya tidak hanya mampumemenuhi bahan baku pembuatan Asam Fosfat, tetapijuga mendapatkan beberapa keuntungan lain yang diperoleh perusahaan. Pertama, penghematan biaya hingga miliaran rupiah. Petrokimia Gresik tidak lagi harusmembeli phosphate rock high grade, melalui inovasi inispesifikasi tersebut dapat digantikan dengan phosphate rock medium grade, dengan hasil kualitas dan kapasitas produk yang tetap terjaga. Penghematan ini sekitar Rp11,7 miliar dalam setahun.
Kedua, improvement ini mampu meningkatkan produksi H2SiF6 yang setara dengan penghematan sekitar Rp3,7 miliar per tahun serta menjadikan kandungan sludgeatau endapan lumpur dan suspended solid produk asamfosfat lebih rendah, sehingga dapat memperpanjang interval cleaning tangki asam fosfat (tank yard) dengan penghematan sekitar Rp 333 juta per tahun.
Ketiga, improvement yang dilakukan juga mendukung prinsip industri hijau dimana terdapat penurunan losses H2SiF6 sehingga beban kerja waste water treatment plantikut menurun yang setara dengan penghematan sekitar Rp1,2 miliar per tahun. Disampaikan Dwi Satriyo, Petrokimia Gresik pada setiap inovasinya tidak hanyaberpikir efisiensi dan efektivitas dari proses bisnissemata, tapi juga memprioritaskan dampak positifnya bagi lingkungan.
Berkat improvement pada proses produksi ini, Petrokimia Gresik berhasil meraih penghargaan Rintisan Teknologi Industri (RINTEK) dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin) RI. Penghargaan secara simbolis diterima langsung oleh Dwi Satriyo yang diserahkan oleh Staf Ahli Menteri Bidang Iklim Usaha dan Investasi, Andi Rizaldi di Jakarta, baru-baru ini.
“Dalam melakukan improvement teknologi proses ini, kami banyak mengandalkan sumber daya internal Petrokimia Gresik sehingga memiliki nilai TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) yang cukup tinggi. Semoga dengan adanya inovasi ini dapat semakin mengoptimalkan kami dalam menghadirkan solusi agroindustri serta menyokong kemajuan industri nasional,” tutup Dwi Satriyo. (Adr)