Surabaya, investigasi.today –
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya terus berupaya meningkatkan sinergi antara institusi industri dengan akademisi. Salah satunya diinisiasi melalui kerjasama yang dijalin dengan PT PLN (Persero) Regional Sumatera dan PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB), Senin (22/1).
Penandatanganan Kesepakatan Pokok (Head of Agreement) ini dilakukan oleh Kepala Badan Pengembangan dan Pengelola Usaha (BPPU) ITS Dr Ir I Ketut Gunarta MT dengan beberapa general manager dari unit-unit PLN Regional Sumatera. Disaksikan langsung oleh Rektor ITS, Prof Ir Joni Hermana MScES PhD, dan Direktur Bisnis PLN Regional Sumatera, Wiluyo Kusdwiharto, di Gedung Rektorat ITS.
Penandatanganan 36 dokumen kerjasama tersebut untuk menindaklanjuti Memorandum of Understanding (MoU) yang telah dijalin sebelumnya antara ITS dengan PT PLN (Persero) pada 29 November 2017 lalu tentang pengembangan pendidikan, penelitian, dan penerapan teknologi ketenagalistrikan.
Menurut Wiluyo, Head of Agreement (HoA) ini merupakan perjanjian yang lebih mengikat daripada MoU. Berisikan gambaran umum lingkup pekerjaan kerjasama antara PLN dan PJB dengan ITS. Dari 36 dokumen kerjasama tersebut, terdapat 25 kesepakatan yang dijalin antara PLN Regional Sumatera dan ITS. Kerjasama ini didorong oleh kebutuhan untuk menyelesaikan studi kasus terkait kelistrikan yang hingga saat ini belum menemukan jalan keluar, terutama di wilayah Sumatera, jelas Wiluyo ditemui awak media usai acara.
Untuk itu, lanjutnya, PLN Regional Sumatera memerlukan bantuan dari ITS dalam menemukan solusi-solusi dari berbagai masalah yang dihadapi tersebut.
“Terdapat banyak kesepakatan yang dijalin, namun ada tiga proyek terkait kelistrikan yang mendesak untuk segera diselesaikan tahun ini, ujar Wiluyo yang sebelumnya merupakan komisaris PT PJB.
Dipaparkan Wiluyo, proyek yang pertama menyangkut peningkatan efisiensi pembangkit listrik yang masih mengalami kendala penurunan kapasitas di regional Sumatera. Wiluyo mengungkapkan bahwa saat ini di Sumatera sedang mengembangkan teknologi boiler yang berfungsi untuk mengubah air menjadi uap, namun masih mengalami penurunan kapasitas.
Kami menggandeng ITS di sisi mekanikal dan konversi energi yang sangat kami harapkan bisa mengkaji hal tersebut untuk memberikan masukan kepada kami bagaimana menanggulangi penurunan kapasitas yang kemudian nantinya diimplementasikan, tutur Wiluyo.
Selanjutnya, kata Wiluyo, ITS juga diharapkan mampu memberikan solusi pengembangan kelistrikan di pulau-pulau terluar untuk menaikan rasio elektrifikasi. Saat ini rasio elektrifikasinya masih sebesar 93 persen, namun diharapkan pada tahun ini akan melonjak menjadi 100 persen. Kami harap rasio elektrifikasinya dapat optimum tanpa membebani PLN sekaligus menguntungkan masyarakat, harapnya.
Dengan ini, Wiluyo berharap agar ITS dapat memberikan solusi pembangkit seperti apa yang seharusnya digunakan.
Hal ini agar tidak seperti pengembangan di Papua yang menggunakan tenaga genset, sehingga memakan anggaran besar. Saya tidak ingin pembangkit yang diterapkan di Sumatera seperti di Papua hingga harus mengeluarkan dana Rp 150 juta per orang, ungkapnya.
Proyek utama yang ketiga adalah motor listrik untuk kapal nelayan di Sumatera. Wiluyo telah mempercayakan hal ini kepada ITS karena dianggap sangat berkompeten dalam menciptakan inovasi teknologi motor listrik.
Selain dengan PLN Regional Sumatera, ada 11 HoA yang juga disepakati ITS dengan PJB yang bertujuan mengutamakan peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
Selain itu, penganalisaan secara detail untuk mengefisiensikan boiler dan turbin serta pengembangan energi baru terbarukan juga menjadi proyek yang akan segera diwujudkan. Kerjasama terkait energi baru terbarukan ini sudah dimulai sejak Oktober 2017 lalu, diharapkan tahun ini dapat segera diwujudkan, tutur Direktur Utama PT PJB, Iwan Agung Firstantara, pada kesempatan yang sama. (hms/ito)