Friday, November 22, 2024
HomeBerita BaruJatimSolidaritas F-PKB Sidoarjo Untuk Muslim Rohingya

Solidaritas F-PKB Sidoarjo Untuk Muslim Rohingya

SIDOARJO, INVESTIGASI – Dengan rasa prihatin mendalam, Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB) DPRD Kabupaten Sidoarjo menunjukkan sikap solidaritas tinggi atas penderitaan yang kini tengah dialami umat muslim di Rohingya, Myanmar.

Fraksi pemilik jumlah kursi terbesar di DPRD Sidoarjo itu bukan hanya mengutuk keras aksi pembantaian ratusan umat muslim oleh junta militer Myanmar, 25 Agustus lalu. Tapi juga rela menyumbangkan sebagian gajinya sebagai bantuan kemanusiaan.

“Kami mengutuk keras aksi pembantaian umat muslim di Rohingya, Myanmar, dan menginstruksikan seluruh anggota FPKB untuk menyisihkan sebagian gajinya untuk membantu para korban di sana (Rohingya),” papar Ketua FPKB, H Ahmad Amir Aslichin, Rabu (6/9).

Namun, saat ditanya berapa besar gaji anggota FPKB yang akan dipotong, Mas Iin mengaku belum berani menjawab. Pasalnya, masalah tersebut masih akan dibahas dengan DPW PKB Jatim. “Kami belum tahu pastinya (berapa besar gaji yang akan dipotong). Tapi Minggu (10/9) besok akan ada pertemuan dengan DPW (PKB) Jatim. Mungkin di sanalah akan dijelaskan tentang besarannya, sekaligus teknis dan pelaksanaannya,” bebernya.

Putra sulung Bupati Sidoarjo H Saiful Ilah itu mengungkapkan, selain didasari keprihatinan dan rasa solidaritas sesama muslim, gerakan potong gaji itu juga menjadi implementasi atas instruksi Ketua Umum (Ketum) DPP PKB, Drs H Muhaimin Iskandar MSi. Bahkan, ia mengaku akan berkoordinasi dengan partai untuk meneruskan instruksi tersebut kepada pengurus, aktivis, maupun simpatisan PKB hingga tingkat ranting.

“Penderitaan umat muslim Rohingya adalah penderitaan kita bersama. Saya ingin seluruh umat muslim di Sidoarjo, khususnya yang tergabung dalam elemen PKB, untuk bersama-sama membantu meringankan beban saudara-saudara kita di Rohingya,” cetusnya.
Sikap peduli yang ditunjukkan FPKB Sidoarjo disambut baik Ketua DPC PKB Sidoarjo H Saiful Ilah SH MHum. Apalagi menurut politisi yang juga menjabat Bupati Sidoarjo selama dua periode tersebut, gerakan potong gaji itu adalah instruksi Ketua Umum DPP PKB yang harus dilaksanakan. “Kalau sudah diinstruksikan Ketum PKB, agar setiap anggota dewan PKB menyisihkan gajinya untuk umat muslim Rohingya, ya harus dilakukan,” tandasnya.

Bahkan, walaupun dirinya bukan anggota dewan, Saiful Ilah mengaku akan ikut menyumbang. Ia juga mengaku sangat prihatin atas nasib kaum muslim di Negara Aung San Suu Kyi tersebut. “Nanti akan saya sumbang Rp 10 juta. Kasihan muslim Rohingya diperlakukan tidak manusiawi seperti itu. Mereka harus dibantu,” tegasnya.

Sementara itu, perasaan pengungsi Rohingya di Sidoarjo kembali berkecamuk saat mengetahui saudara-saudaranya yang tinggal di Rakhine, Myanmar, menjadi korban pembantaian. “Perasaan kami sakit saat melihat dari media bahwa ada warga muslim di Rohingya dibantai, dan rumah dibakar. Namun kami hanya pasrah,” kata salah satu pengungsi Rohingya, Muhammad Suaib (31).

Suaib bersama 14 warga Rohingya lainnya, sudah tinggal di Rusunawa Jemundo, Taman, Sidoarjo, sejak tahun 2013. “Kami bersama teman Rohingya yang lain sebanyak 14 orang menempati rusunawa ini sudah empat tahun,” terang Suaib.

Suaib menceritakan, saat lari dari negaranya, mereka bermaksud mengungsi ke dua negara tetangga terdekat (Myanmar), yang jauh lebih makmur secara ekonomi, Thailand dan Malaysia. Karea dua negara itu kerap menjadi pilihan tujuan pelarian warga Rohingya. “Pada awalnya kami bersama warga Rohingya ingin tinggal di Malaysia dan Thailand, namun kapal yang ditumpangi saat itu nyasar ke Makassar,” ujar Suaib.

Suaib menuturkan jika saat itu setelah dari Makassar mereka berkeinginan melanjutkan perjalanan ke negara lain seperti Australia, namun menemui kegagalan, karena kapal yang mereka tumpangi dihantam oleh ombak hingga mesin kapal mati dan tidak bisa meneruskan perjalanan. “Karena dihamtam ombak besar, kami alhamdulillah berhasil menepi di Timor Leste,” tuturnya.

Suaib menjelaskan, selanjutnya bersama warga Rohingya yang lain oleh pihak Timor Leste di kirim ke Indonesia. “Akhirnya kami tinggal di rusunawa ini sudah empat tahun tidak ada kegiatan apa-apa, ” kata Suaib. (kmd)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -

Most Popular