Buleleng, investigasi.today – Anak-anak sekolah di Desa Kalibukbuk, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, Bali, antusias menukarkan sampah di Bank Sampah Kaliber. Sebab, mereka bisa ikut belajar tari Bali cukup dengan menukarkan sampah di bank sampah tersebut.
Direktur Bank Sampah Kaliber, Ketut Budiasa mengatakan, program inovatif ini menyasar anak-anak Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tak hanya itu, anak-anak yang mengikuti program les tari tukar sampah tersebut bahkan sudah diberikan kesempatan untuk pentas di Taman Bung Karno.
“Jadi anak-anak kami juga sudah sempat pentas di sana. Nah, seusai pentas itu siswa yang ada di sekitaran Desa Kalibukbuk membludak yang datang ke sini. Sangat banyak yang ikut kegiatan ini,” kata Budiasa, Minggu (19/6).
Budiasa menambahkan, program ini bertujuan agar masyarakat terbiasa untuk mengelola dan memilah sampah dari sumbernya sejak dini. Tak hanya menari Bali, sejak 2017, anak-anak juga dapat mengikuti program bimbingan belajar dengan menyetorkan sampah non organik kepada petugas Bank Sampah Kaliber.
Kegiatan ini biasanya dilaksanakan setiap hari Minggu. Materi yang diajarkan kini lebih beragam, mulai dari materi ajar di sekolah, les tari, hingga les megambel (bermain musik) hanya dengan menukarkan sampah. Anak-anak pun sangat antusias mengikuti program ini.
Upaya edukasi pengelolaan sampah juga dilakukan melalui dolanan (permainan tradisional Bali) yang melibatkan anak-anak di Bank Sampah Kaliber. Edukasi tentang sampah kemudian diselipkan melalui tarian dan nyanyian saat mereka bermain dolanan.
“Jadi dolanan itu adalah menari sambil bermain, sambil bernyanyi ada edukasi tentang sampah, jadi lagu-lagunya itu tentang sampah,” katanya.
Untuk diketahui, Bank Sampah Kaliber juga menyasar para petani terkait hal pengelolaan sampah organik menjadi pupuk kompos dengan membuat kelompok edukasi pengelolaan lingkungan. Mereka diajarkan cara mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos.
“Kegiatan kegiatan yang lain juga kami laksanakan seperti edukasi pengelolaan sampah organik melalui komposter, melalui lubang daur ulang sampah, dan terbaru dengan menggunakan urin sapi. Petani kami juga edukasi dengan membuat pupuk kompos,” sambung Budiasa. (Iskandar)