
Probolinggo, investigasi.today – Sejumlah jemaah Aboge (Alif Rabu Wage) yang tersebar di 7 desa di 4 Kecamatan, Kabupaten Probolinggo, menggelar salat Idul Fitri pagi ini, Rabu (4/5). Berdeda dengan pemerintah, mereka baru merayakan Lebaran hari ini. Meskipun demikian, mereka tetap khusyuk memaknai dan merayakan hari kemenangan.
Salah satu jemaah Aboge Probolinggo yang menunaikan salat Idul Fitri hari berada di Dusun Wuluhan, Desa Leces, Kecamatan Leces. Kumandang takbir begitu syahdu terdengar dari musala Al-Barokah.
Perayaan Lebaran jemaah Aboge selisih 2 hari dengan ketetapan pemerintah. Mereka berpedoman pada kitab Mujarobat atau kitab Jawa Kuno, berbeda dengan sistem yang dipakai pemerintah yakni dengan Rukyatul Hilal dan Hisab.
Jadi, setiap hari keagamaan tahun depan sudah diketahui oleh jemaah Aboge. Untuk penetapan 1 Syawal, hitungan Waljiro (1 Syawal Siji Loro) hari pertama pasar kedua, jadi Hari Raya Idul Fitri jatuh pada hari Rabu Kliwon.
Warga yang berpedoman dengan kitab Mujarobat ini datang ke musala sambil membawa makanan. Makanan itu lantas diberikan kepada tokoh Aboge dan dimakan bersama-sama setelah salat Id.
Suminah (56), salah satu jamaah Aboge mengungkapkan, perayaan Lebaran antara Aboge dengan pemerintah memang kerap berbeda. Dia sudah terbiasa dengan perbedaan itu.
“Jarang bareng jadwal Hari Raya Idul Fitri sama penetapan pemerintah. Kadang selisih sehari, kadang 3 hari,” kata Suminah.
Kia Buri Bariyah, tokoh agama jamaah Aboge menjelaskan, penetapan Lebaran sudah turun-temurun dari nenek moyang. Untuk 1 Syawal tahun ini, Aboge menggunakan hitungan Waljiro.
“Jemaah Aboge salat Idul Fitri 1443 Hijriah pada Rabu Kliwon pagi ini. Hitungan Waljiro, untuk tahun ini selisih 2 hari dengan tanggal dan hari yang ditetapkan oleh pemerintah. Hanya waktu dan hari yang berbeda, namun untuk bacaan dan doa salat Id sama dengan Islam pada umumnya” jelas Kiai Buri Bariyah. (Lg)