Surabaya, Investigasi.today – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus menambah percepatan dan keakuratan deteksi gempa. Di Jawa Timur (Jatim), misalnya, sebanyak 30 alat pengamatan lindu kini sudah disebar di berbagai kabupaten dan kota.
Itu dilakukan agar kejadian gempa cepat sampai ke masyarakat. Data akurat akan menghindarkan masyarakat terjebak dalam misinformasi yang sering kali datang saat bencana.
“Untuk alat pengamatan getaran gempa itu tahun ini akan ditambah ke beberapa lokasi,” ucap Kepala BMKG Stasiun Geofisika Kelas II Pasuruan Rully Oktavia Hermawan.
Di antara yang akan ditambah di Sumenep dan Ponorogo. Dengan pertambahan alat tersebut, hasil pengamatan menjadi lebih cepat tersampaikan.
Dari kejadian gempa, kini informasi kejadian itu sudah bisa sampai ke masyarakat dalam waktu lima menit. Mulai dari magnitudo hingga kedalaman gempa. Pertambahan alat juga berperan dalam mencatat setiap getaran gempa. Baik yang terasa maupun tidak.
Di Juni saja, misalnya, Stasiun Geofisika Pasuruan mencatat gempa bumi terjadi sebanyak 284 kejadian. Dari jumlah tersebut, empat kejadian gempa bumi dirasakan. ’’Karena tidak semua gempa masuk kategori tinggi,’’ paparnya.
Rully memaparkan, saat ini BMKG Stasiun Geofisika Pasuruan juga aktif dalam penyuluhan terkait gempa ke masyarakat. Terutama ke sekolah-sekolah. Dari jenjang TK sampai SMA. Mereka diajari mengenai potensi gempa dan dampaknya. Sudah ada 90 sekolah yang mendapatkan sosialisasi pengenalan gempa tersebut.
Dari Jakarta, BMKG memprediksi cuaca ekstrem masih akan berlanjut dalam beberapa hari ke depan. Itu menyusul masih adanya signifikansi dinamika atmosfer.
Beberapa faktor dinamika atmosfer, baik skala regional maupun lokal, diprakirakan masih berperan cukup signifikan dalam memicu peningkatan pertumbuhan awan hujan. (Slv)