Surabaya, Investigasi.today – Perundungan di sekolah hingga kini masih menjadi salah satu hal yang patut diwaspadai. Apalagi tindakan tersebut kini semakin nekat dilakukan karena tindakan bullying disertai penganiayaan malah diabadikan lewat video dan menjadi viral di dunia maya.
Demi mencegah terjadinya perundungan, Dinas Pendidikan Kota Surabaya menyiapkan skema dan strategi agar hal itu tidak terjadi di sekolah wilayah setempat. Selain itu, strategi tersebut juga bertujuan untuk memperkuat pendidikan karakter anak-anak di Kota Pahlawan.
Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya, Yusuf Masruh mengatakan, pihaknya berupaya untuk mencegah terjadinya perundungan di lingkup sekolah.
Langkah yang diambil adalah memperkuat karakter anak, sehingga pelajar tidak mudah mencontoh perilaku negatif yang mengganggu keamanan dan ketertiban sekolah. Selain itu, Yusuf juga meminta agar guru lebih proaktif. Tujuannya untuk merespons perubahan perilaku siswa dan lingkungan sekolah.
“Dalam hal ini, peran guru sangat diperlukan. Jika ada yang berkerumun maka guru harus mengerti penyebabnya, karena tidak ada kegiatan tanpa direncanakan. Ini adalah contoh dalam merespons lingkungan di sekolah,” ujar Yusuf, Minggu (1/10).
Yusuf juga menyoroti terkait transisi perpindahan kelas. Untuk mencegah tindakan perundungan sekecil apapun saat ada jam longgar pergantian mata pelajaran, sekolah perlu menerapkan manajemen kelas yang optimal.
“Dengan mengoptimalkan manajemen kelas, anak tidak ada kesempatan untuk mengganggu atau memprovokasi temannya. Ada guru piket dan wali kelas yang bisa membantu jika guru tersebut berhalangan hadir mengajar. Ini melibatkan semua guru di lingkungan sekolah, manajemen kelas dikelola agar tidak ada kelas kosong,” imbuhnya.
Aspek lain yang tidak kalah penting adalah membentuk karakter anak. Masih menurut Yusuf, pembentukan karakter anak bisa melalui aspek religi.
Selain itu, jiwa nasionalisme juga perlu ditanamkan untuk mencegah siswa melakukan perundungan, antara lain dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan lagu nasional di lingkungan pendidikan.
“Sekolah juga mengembangkan program Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) untuk melatih dan mengontrol emosi siswa dengan belajar kekompakan dan kemandirian. Lalu membuat game edukasi dimulai dari guru-guru, kita siapkan guru BK atau olahraga untuk membuat game bertemakan nasionalis dan berkebangsaan,” ungkap Yusuf.
Menurutnya, program pendidikan karakter anak melalui permainan edukatif juga bisa memberikan ruang bagi oang tua untuk berperan aktif dalam membangun kedekatan dengan anak.
“Sinergi antara orang tua dan sekolah dinilai sangat bermanfaat dalam mendukung kegiatan belajar pada anak,” tegas Yusuf.
Yusuf juga menekankan orang tua berperan aktif dalam menerapkan pendidikan kesadaran dan kebijakan anti perundungan. Misalnya dengan memberi usulan kepada pihak sekolah.
“Orang tua yang memiliki ide bisa menyampaikannya ke sekolah dan sekolah akan mengadopsi konsep itu. Jadi tidak melulu berbicara anggaran dan biaya,” ujar Yusuf
Pihak sekolah juga harus selalu memberikan edukasi tentang bahaya melakukan perundungan maupun ruda paksa terhadap siswa lain dan efeknya bagi korban
“Kami sudah koordinasi dengan DP3A-PPKB Surabaya terkait hal itu, karenanya guru juga wajib untuk bisa mengatasi bullying. Kita juga perkuat organisasi anak, mulai dari FAS, ORPRES, dan OSIS. Kita gerakkan semuanya agar mereka bisa menjadi sahabat pendamping teman-temannya ketika di sekolah,” pungkas Yusuf. (Laga)