Teks foto ; Bongkahan batu yang diduga fosil purbakala
BATURAJA OKU, Investigasi.Today – Ogan Komering Ulu (Oku) salah satu daerah di Sumatera Selatan yang masih penuh dengan misteri, situs situs peninggalan zaman dahulu/purbakala, yang masih perlu sentuhan tangan dari semua pihak, karena masih banyak yg belum diketahui oleh orang banyak, Oku perlahan sudah mulai dikenal dengan berbagai macam budaya dan adat istiadat, wisata keelokan panorama alam, situs-situs peninggalan purba kala serta legenda dari masing-masing suku yang ada di Oku. Tanpa terkecuali dengan suku Ogan yang berada di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) yang terletak di Pulau Sumatera, bagian Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel). Dimana Kabupaten ini juga tidak kalah dengan daerah lainnya. Kaya akan berbagai tempat wisata, kesenian dan situs peninggalan zaman purba kala serta legenda menarik lainnya.
Seperti diantaranya, tempat wisata Curup Tenang, Gua Putri, Lesung Bintang. Juga akhir-akhir ini ditemukannya Gua Harimau yang memiliki puluhan kerangka manusia yang diyakini menjadi tempat kuburan massal bagi manusia yang pernah hidup di zaman enam ribu tahun lalu, yang mana ramai dikunjungi para ilmuwan dan arkeologi dari berbagai daerah yang ingin melibatkan diri dalam penelitian Gua tersebut. Juga masih banyak tempat-tempat menarik lainnya yang bisa diandalkan untuk dikunjungi di Kabupaten OKU.
Selain itu, Kabupaten OKU juga mempunyai berbagai legenda seperti salah satunya, adanya tempat yang diyakini masyarakat pernah menjadi tempat bersaungnya se-ekor Naga sehingga Desa tersebut dinamakan dengan Desa Saung Naga yang berada di Kota Baturaja Kab.OKU. Desa yang juga berada dekat dengan sungai bernama sungai Ogan ini, dibagian tepian pinggirnya banyak batu karang yang terdapat menyerupai Gua, seperti sebuah jalan lorong. Konon didalamnya bercabang mirip seperti Gua bawah tanah. Namun Hingga saat ini diketahui belum pernah ada manusia yang berani masuk sampai kedalam. Tempat ini juga diyakini masyarakat jika dahulu kala sebagai tempat persembunyian Naga atau jalan Naga menuju ke laut.
Yang mana cerita tersebut sering disampaikan dari mulut ke mulut oleh orang tua zaman dahulu. Bahwasanya pada zaman dahulu saat belum banyak manusia yang tinggal dibeberapa Desa khususnya Desa yang berada dipinggir sungai Ogan. Ada 4 Desa, Yakni Desa Pusar, Desa Laya, Desa Batu Kuning dan Desa Karang Agung. Dimana pada waktu itu hiduplah raja Naga emas yang sering datang ke Bukit Pelawi yang terletak diantara 4 Desa tersebut untuk bertapa.
Raja Naga Emas ini sering melalui jalur yang sama jika datang dan pergi dari Palembang ke Baturaja. Hingga selesai pertapaannya jalur yang sering dilalui tadi menjadi aliran sungai dan dikenal dengan nama sungai Nago. Namun setelah di sekitaran sungai mulai dihuni beberapa orang, banyak yang merasa ketakutan tentang nama sungai Nago. Akhirnya ada seseorang yang menyarankan agar namanya diganti dengan kebalikannya menjadi sungai Ogan. Sampai saat ini sungai Nago berganti nama sungai Ogan.
Masih menurut cerita dari orang tua, jika kebenaran legenda tersebut hingga saat ini bisa dilihat di Desa Pusar tepatnya di Bukit Pelawi. Disana ada sebuah tempat yang dinamakan Kubangan Naga, yang hingga saat ini pula sebagian masyarakat setempat masih ada yang percaya jika Kubangan yang dimaksud dahulu kala sebagai bekas tempat Naga bertapa atau mandi. Sedangkan di Sungai Ogan juga terdapat sebuah Gua yang terletak diseputaran Desa Saung Naga Kecamatan Baturaja Barat, namanya Gua Naga.
Berawal dari cerita atau legenda tentang Naga diatas. Seorang pria bernama Panjul (63), salah satu warga yang bertempat tinggal di Desa Bukit Pelawi Rt.5, kampung 4, Desa Pusar, dan berprofesi sebagai buruh upahan tani ini. Mengaku telah menemukan sebuah bongkahan batu yang diyakininya diduga mirip sebuah fosil atau bekas tulang hewan purba yang berukuran besar telah mengeras menjadi batu didalam air tempat yang disebut Kubangan Naga tadi. Dimana tempat tersebut berada tidak jauh dari rumahnya.
“Saya menemukan batu ini secara tidak sengaja pada tahun 2014 lalu. Pada saat itu berawal keinginan saya hanya sekedar main dan berziarah saja ke tempat Kubangan Naga. Namun secara tiba-tiba saat saya masuk ke dalam air saya menemukan batu tersebut, karena merasa penasaran saya bawa pulang dan simpan sampai sekarang ,”aku pemilik nama lengkap Raden Said Anwar, bapak dari lima anak ini yang juga sering dipanggil warga setempat mang Panjul, saat dibincangi beberapa rekan Media di rumahnya, Senin (27/8/18) lalu.
Teks foto ; Mang Panjul dengan benda yang ditemukannya di Kubangan Naga bukit Pelawi
Mang Panjul juga menuturkan, jika semenjak dirinya pindah ke Bukit Pelawi dari tahun 2004 silam, dengan memboyong ke Lima anaknya dari tempat asalnya di Sleman Jogyakarta, hanya tinggal disebuah gubuk berukuran kecil ditempat terpencil kebun karet Desa Pelawi, sambil ia bekerja upahan menyadap getah karet, namun kini dia merasa lega karena mulai tahun 2014 mendapat rumah bantuan hibah dari warga setempat, meski bangunannya masih menumpang di atas tanah milik perusahaan Telkom.
“Saya pindah ke Sumatera ini ikut istri karena istri saya berasal dari Desa Ulu Ogan, dan semenjak saya pindah kesini pula saya sering berkeliling ketempat-tempat yang disebut warga sekitar sebagai tempat sejarah atau legenda. Jadi saya sedikitnya sudah faham dimana saja tempat yang menarik untuk dikunjungi disini ,”papar orang yang sudah dianggap masyarakat setempat sebagai juru kunci di Bukit Pelawi ini, sambil menunjukkan sebuah batu yang kini masih menjadi teka teki namun diduga berasal dari tulang yang sudah menjadi fosil berukuran sekitar 18 cm, dengan berat diperkirakan 2 hingga 3 Kg.
Terpisah, sementara Pemerintah Kabupaten OKU, dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Budaya menyambut baik akan adanya penemuan tersebut, dan akan mendukung dilakukannya ekspedisi lanjutan ke lokasi penemuan yang nantinya akan mengajak si penemu beserta beberapa awak media yang tergabung menjadi tim yang telah menyampaikan informasi tentang ditemukannya batu tersebut. Perihal ini disampaikan langsung Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya, Faisol Ibrahim di dampingi Kasi Wisata dan budaya Hendri Hidayat, Selasa (28/8) kemarin.
“Kami akan mendukung semaksimal mungkin terkait penemuan yang diduga fosil dari hewam berukuran besar ini oleh warga. Apabila benar nanti akan diteruskan ke ahli arkeologi Nasional di Pusat (Arkenas) yang membidanginya. Kemungkinan juga ini ada fosil lain yang belum di temukan namun kita tidak bisa mengatakan kalau fosil ini dari jenis hewan apa, sebab itu yang bisa mengetahui hanya ahlinya langsung nanti ,”kata Faisol
Dan ini, sambung dia, akan segera kita sampaikan ke Profesor terkenal di Arkenas, mudah-mudahan dalam waktu dekat dapat di jadwalkan kedatangannya, sebab jadwal beliau padat dengan kesibukannya menjadi dosen pengajar di beberapa Universitas ,”jelasnya.
Faisol menyarankan, agar tindak lanjut dari rencana pencarian selanjutnya oleh tim expedisi agar menyampaikan laporan terlebih dahulu ke pihaknya dengan diketahui Kepala Desa dan warga setempat, barulah laporan itu akan di kirim ke pusat sehingga dapat dilakukan penelitan lebih lanjut.
“Sama halnya penemuan di Gua Harimau, dulunya berawal dari penemuan masyarakat berupa fosil lalu dilakukan penggalian hingga menemukan fosil manusia yang tersimpan ribuan tahun di dalam Gua tersebut, yang kini sedang mengumpulkan kembali fosil rangka manusia purba di masukan ke dalam museum yang saat ini sudah dibangun, sekarang menjadi penelitian tingkat dunia bukan lagi kita yang meneliti, beberapa Negara lain telah terjun meneliti dan melihat langsung ke Gua Harimau,”tuturnya.
“Untuk itu kita siap seratus persen mendukung dan memfasilitasi apa yang menjadi temuan warga ini, karena ini bisa menjadi salah satu penemuan baru di kawasan itu, apabila itu memang demikian artinya lokasi tersebut harus di jadikan cagar budaya, tentu wisatawan dan peneliti luar akan banyak tertarik untuk melakukan penelitian lebih luas,”pungkasnya. (Tomi Arga)