
BANYUWANGI, investigasi.today – Sejak beberapa hari yang lalu telah dibuka Pasar Beringin (Pasar Tradisional) berlokasi di halaman SDN yang sudah lama tutup terletak tidak jauh dari kantor Desa Sembulung Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi.
Bangunan pasar tradisional tempat berjualan berjumlah sekitar 20 warung terbuat dari bambu beratap jerami berukuran 1,5 × 1,5 meter tersebut menuai protes warga karena dinilai tidak sesuai dengan besarnya anggaran.
Menurut warga yang namanya enggan disebutkan mengatakan, “Kabarnya dana untuk pasar tersebut sebesar Rp 20 Juta,terlalu besar karena cuma “Encok-encok” terbuat dari bambu dan jelek, kalau nggak percaya bisa dilihat sendiri”, ungkapnya.
“Selain itu dananya dipotong Rp 6 Juta untuk membeli sirine mobil kantor Desa”, lanjutnya.
Warga lain menjelaskan, “Sebenarnya kegiatan BUMDes tapi yang mengerjakan Karangtaruna anggaran sebesar Rp 20 Juta akan tetapi dalam penelusuran anggarannya Rp 30 Juta dan yang Rp 6 Juta dipinjam Pak Kades terus yang Rp 4 Juta tidak tahu”, terangnya.
Pembukaan Pasar Beringin Desa Sembulung rencananya diadakan kegiatan Fun Bike Sehat (Sepeda Santai) akan tetapi acara dibatalkan padahal tiket sudah tersebar
“Waktu pembukaan Pasar ketua BUMDes mengusulkan sepeda santai karena tidak ada anggaran Karangtaruna membuat proposal penggalian dana akan tetapi acara dibatalkan padahal tiket dengan harga Rp 2000,- sudah tersebar/terjual dan yang menimbulkan tanda tanya ketua BUMDes merangkap ketua Karangtaruna”, tandas warga.
Terkait dengan pasar tersebut Kepala Desa Sembulung, Suprayitno menjelaskan, “Tahun ini BUMDes mendapat penyertaan modal dari Pemdes kurang lebih sebesar Rp 25 Juta dan Pasar tersebut didirikan oleh BUMDes bersama Karangtaruna bertujuan menumbuhkan serta meningkatkan perekonomian warga masyarakat”, tuturnya.
“Pasar tersebut saat ini dimanfaatkan satu Minggu sekali, nantinya pada bulan Ramadhan warga berinteraksi menjual jajanan, sayur-mayur, lauk -pauk dll”, imbuhnya.
Disinggung terkait dengan dana yang pakai untuk mobil Desa Kades mengatakan, “Dana Rp 6 tidak dipotong/ dipinjam secara pribadi tapi dipakai untuk pemeliharaan mobil Desa, membeli sirine mobil ambulance Desa dan nantinya akan dikembalikan”, jelasnya.
Acara fun bike sehat (Sepeda santai) yang batal digelar pada pembukaan Pasar menurut Kades, “Masih Pandemi Covid-19 jadi dilarang berkerumun dan tiket yang terjual sudah dikembalikan. Ketua BUMDes tidak merangkap ketua Karangtaruna, ketua Karangtaruna ada sendiri”, terang Kades.
Dikonfirmasi via telepon Ketua BUMDes, Aris mengaku, “BUMDes mendapat penyertaan modal dari Pemerintah Desa sebesar Rp 30 Juta dipergunakan untuk Pasar, Kalau ada sisa dikembalikan ke BUMDes. Terkait dengan dana Rp 6 Juta dipergunakan Desa untuk sirine mobil ambulance nantinya juga akan dikembalikan ke BUMDes”, ujarnya.
Kepala Desa mengatakan BUMDes menerima penyertaan modal sebesar kurang lebih Rp 25 Juta sedangkan Ketua BUMDes mengaku menerima Rp 30 Juta. Keterangan antara Kepala Desa dengan Ketua BUMDes tersebut berbeda sehingga menimbulkan tanda tanya. (Widodo)


