
Blitar, Investigasi.today – Menyandang predikat salah satu daerah penghasil telur ayam terbesar di Indonesia, tidak membuat harga telur di Blitar lebih murah dari kota lain.
Selama 3 bulan terakhir harga telur ayam di Kota Bung Karno tetap tinggi, bahkan kini cenderung naik menyentuh angka 31 ribu rupiah per kilogram.
Menurut salah satu pedagang di pasar Templek Kota Blitar, harga terendah telur ayam selama 3 bulan terakhir adalah 29 ribu rupiah per kilogram. Kemudian naik kembali selama 5 hari terakhir ini, hingga menyentuh angka 31 ribu rupiah per kilogramnya.
“Harga telur ayam ini terus naik ya mas, sekarang harga ecerannya tembus 31 ribu rupiah per kilogramnya,” ungkap Miasih, pedagang telur ayam di Pasar Templek Kota Blitar, Selasa (25/07/23).
Para pedagang pun bingung kenapa harga telur ayam terus mengalami peningkatan. Padahal dulu, harga telur ayam biasanya hanya berkisar 24 hingga 28 ribu rupiah per kilogram.
Namun usai lebaran harga telur ayam terus melonjak menjadi 29 ribu rupiah per kilogram. Harga itu pun bertahan cukup lama sebelum naik lagi ke harga 30 dan sekarang mencapai 31 ribu rupiah per kilogram.
“Hampir 3 bulan ini harga telur ayam di sini bertahan di angka 29 ribu rupiah dan naik lagi ke 30 dan 31 rupiah ini,” terangnya.
Kondisi itu pun berimbas pada penurunan omzet penjualan telur ayam di tingkat pedagang. Menurut pedagang, penjualan telur ayam saat ini turun hingga 50 persen lebih, jika dibandingkan saat harga normal lalu.
Jika saat harga telur ayam normal para pedagang biasanya bisa menjual 80 kilogram, namun kini disaat harga menyentuh 31 ribu rupiah, penjualan telur hanya mencapai 30 kilogram saja.
“Ya jelas menurun mas, pembeli memilih untuk mengurangi jumlah pembeliannya disaat harga mahal seperti ini,” tutupnya.
Berkurangnya populasi ayam petelur di Blitar diduga menjadi penyebab harga telur melonjak di pasaran. Populasi ayam petelur di Blitar sendiri terus berkurang jumlahnya sejak 3 tahun terakhir.
Pandemi corona menjadi penyebabnya. Banyak peternak ayam petelur yang gulung tikar akibat telur nya tidak bisa dijual keluar kota akibat adanya pembatasan aktivitas kegiatan yang diterapkan oleh Pemerintah.
Jumlah peternak ayam petelur pun berkurang drastis dari yang awalnya berjumlah 4 ribu orang, saat pandemi lalu tinggal 2 ribu peternak saja yang bisa bertahan. Pandemi Covid-19 benar-benar menghancurkan harga pasaran telur dari Blitar.
Bahkan dua tahun lalu harga telur di Blitar sempat menyentuh harga terendahnya yakni 14 ribu rupiah. Hal itulah yang memicu jumlah peternak ayam petelur di Blitar satu persatu berguguran.
Mereka yang gulung tikar pun enggan untuk terjun kembali ke dunia peternakan ayam petelur. Dampaknya kini ketersediaan telur dari peternak juga berkurang. Disaat banyak permintaan yang datang justru ketersediaan telur tidak melimpah seperti dua tahun lalu, akibatnya harganya pun jadi terkerek naik.
“Ya karena populasi ini juga banyak yang afkir terus petani kita itu juga belum semuanya ke peternak ayam petelur lagi karena pandemi itu benar-benar dampaknya luar biasa sekali dari yang awalnya 4000 peternak ketika pandemi itu berkurang hingga 50%,” kata Sukarman, Ketua Koperasi Peternak Telur Blitar. (Slv)