Gresik, Investigasi.today – Sejak zaman dulu Muhammadiyah berkiprah dalam literasi, bahkan pada 1914 Muhammadiyah sudah mempunyai majalah yang berbahasa Indonesia. Kesuksesan sejak zaman dulu ini membuat Muhammadiyah kembali melakukan terobosan dalam dakwah, yakni mengenalkan toleransi dan pandangan Islam moderat dengan cara menggelar workshop Muhammadiyah influencer speak up.
Hal ini dilakukan Muhammadiyah karena berdasarkan penelitian yang dilakukan UIN, narasi Islam moderat hanya mencapai 22 persen. Sementara pandangan Islam konservatif yang cenderung radikal begitu menguasai jagad medsos di Tanah Air.
Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Edi Kuscahyanto mengatakan “Program Muhammadiyah influencer speak up ini bertujuan mencetak para influencer yang bisa bersuara keras dan aktif dalam menyuarakan toleransi dan pandangan Islam moderat,” ungkapnya, Minggu (26/9).
“Untuk mensukseskan program tersebut, Muhammadiyah mendatangkan sejumlah praktisi dan akademisi, seperti: Dr. Rulli Asrullah, Dr. Ismail Fahmi dan Sa’diyah Ma’ruf yang adalah seorang konten keeatif dan komika,” lanjutnya.
Edi menuturkan pandangan Islam moderat ini harus disuarakan untuk menepis atau menangkal Islam radikalisme yang sejauh ini masih ada dan tumbuh pesat di tengah-tengah masyarakat.
“Peran para influencer sangat dibutuhkan untuk menyuarakan Islam moderat di media sosial. Agar bibit radikalisme di masyarakat bisa diminimalisir,” tandasnya. (Aa)
