
Bali, Investigasi.today – Tenggelamnya kapal KRI Nanggala-402 di kedalaman 839 meter terjadi karena kecelakaan bukan meledak, hal tersebut disampaikan Pangkoarmada II Laksda TNI Iwan Isnurwanto.
“Kalau meledak kapal-kapal kami yang melakukan evakuasi dan mempunyai kemampuan sonar mendengarkan suara di dalam air, pasti mendengar karena ingat pada saat latihan penembakan dengan torpedo kepala latihan. Daerah-daerah yang di luar area penembakan tersebut sudah dijaga oleh kapal-kapal kami yang mempunyai kemampuan untuk mendeteksi suara di bawah air. Namun ini (Suara) tidak ada sehingga murni adalah ini kecelakaan bukan meledak,” ungkap Laksda TNI Iwan Isnurwanto di Lanal Denpasar, Bali, Selasa (18/5).
“Jika kapal KRI Nanggala meledak, pasti barang-barang dalam kapal akan berhamburan mengambang di atas permukaan laut. Namun, hingga saat ini tidak ada pecahan-pecahan yang muncul ke permukaan,” lanjutnya.
Laksda Iwan menambahkan, jika ada suara ledakan, kapal-kapal yang melakukan kegiatan operasi laut pasti terdengar. “Tidak hanya penembakan bawah laut tapi juga penembakan anti udara, anti kapal selam sudah dilaksanakan kan semuanya. Ini tahap yang ketiga dari empat tahap yang kami laksanakan kalau meledak kapal-kapal kami yang mempunyai kemampuan sonar mendengarkan suara di dalam air, pasti mendengar,” terangnya.
Untuk diketahui, pada (25/04) seluruh awak kapal KRI Nanggala-402 sebanyak 53 prajurit terbaik Hiu Kencana telah gugur di perairan utara Bali. Kapal ini hilang kontak saat komandan pelatihan hendak memberikan otoritas penembakan terpedo. (Ink/Is).


