Surabaya, Investigasi.today – Sebagai langkah untuk mengantisipasi terjadinya bencana, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menggalakkan diskusi terfokus berkelompok dengan beberapa pihak penanggulangan bencana di Rektorat ITS, Rabu (25/4). Mengangkat judul Belajar dari Banjir dan Longsor, forum ini membahas mengenai bencana banjir atau longsor yang terjadi di Jawa Timur, penyikapannya, dan cara untuk mencegah.
Lalu Muhammad Jaelani ST MSc PhD, Ketua Pusat Studi Kebumian, Bencana dan Perubahan Iklim (PSKBPI) ITS, mengatakan bahwa forum ini diselenggarakan dengan harapan setiap pihak dapat berperan aktif untuk mengantisipasi terjadinya bencana. Peserta forum adalah pihak yang memang terjun langsung ke lapangan saat terjadi bencana, jelas dosen Teknik Geomatika ini. Ia berharap, akan ada hasil diskusi yang membangun setelah forum ini diadakan.
Narasumber yang dihadirkan dalam forum ini antara lain Agus Ardiansyah MPH PhD selaku perwakilan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur, Arif Nur Kholis, selaku Sekretaris Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), dan Dr Techno Umboro Lasmito ST MSc sebagai salah satu peneliti dari PSKBPI ITS.
Sebagai pemateri pertama yang membuka forum diskusi ini, Agus mengatakan, banjir dan longsor adalah penyumbang korban terbanyak. Data dari tahun 2015 lalu, dalam satu tahun, terjadi peningkatan angka korban dalam bencana hidrologi, yaitu sebesar 32 persen.
Ia mengungkapkan, terdapat beberapa daerah di Jawa Timur yang memang menjadi langganan banjir setiap musim hujan seperti Pacitan, Ngawi, Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Madiun, Ponorogo, dan Gresik. Di Madura, yang menjadi langganan banjir adalah Kabupaten Sampang, ujar Agus.
Disambung oleh Arif Nur Kholis, yang menjelaskan bahwasannya banjir dan longsor bukanlah bencana yang terjadi secara tiba-tiba. Ia mengatakan, ada beberapa hal yang menyebabkan bencana banjir dan longsor ini terus menerus terjadi tanpa menemukan solusi yang riil.
Sedikit selingan, Arif bercerita perihal pengalamannya melakukan sosialisasi di salah satu desa di Jogjakarta terkait bencana longsor. Saya ajarkan begini, rumah yang kuat seperti apa, struktur tanahnya harus bagaimana, jika tidak maka akan terjadi longsor. Saya malah dikira berdoa buruk, paparnya disusul tawa peserta forum.
Arif sangat yakin, bahwa sebenarnya, bencana banjir dan longsor ini dapat dicegah dengan sistem manajemen yang baik. Arif menyebut Ulstein stile sebagai solusi atas masalah banjir dan longsor ini. Istilah ini merupakan suatu sikap penyelesaian bencana hingga hal terkecil sekalipun, tuturnya.
Pria bertubuh ramping ini mengatakan, bila bencana adalah bentuk kasih sayang Tuhan. Bencana adalah ujian, bentuk sayang, bukan takdir, ucap Arif singkat. Ia kemudian mengingatkan, bahwa kita harus tetap bersyukur meskipun diberi cobaan. Apalagi kita yang hidupnya tentram tanpa ada bencana, harus lebih bersyukur, tambahnya.
Karena penanggulangan terhadap bencana ini dinilai penting, Umboro Lasmito yang juga dosen Teknik Sipil ITS menciptakan sebuah aplikasi yang dapat memberi informasi mengenai daerah yang sedang terjadi banjir. Ia menilai, informasi semacam ini dirasa penting agar bantuan yang datang bisa lebih cepat. “Dengan adanya informasi ini pula, pengguna jalan raya dapat mengetahui daerah yang sedang terjadi banjir agar lebih berhati-hati, ujarnya.
Aplikasi yang ia kembangkan ini dapat melihat dengan jelas lokasi titik terjadinya banjir dengan memberi tanda merah pada peta. Selain dapat dibuka melalui web dan smartphone, alat ini terhubung langsung dengan penanda lokasi (GPS) dan kamera. (Salvado)