BELANDA, investigasi.today – Satu lagi prestasi membanggakan diukir mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya di kancah internasional. Kali ini dipersembahkan oleh Tim Jalapatih yang tergabung dalam ITS Marine Solar Boat Team (MSBT) yang sukses meraih posisi Terbaik III pada kategori Top Speed Record di ajang Solar Sport One 2018 di Groningen, Belanda, Senin (9/7) waktu setempat.
Berlangsung selama empat hari sejak Rabu (4/7), Tim Jalapatih dengan kapal Jalapatih 3 harus berjuang dalam kompetisi yang mengambil tempat di beberapa kota di Belanda. Solar Sport One 2018 sendiri merupakan ajang kompetisi untuk kapal bertenaga surya yang digelar oleh Solar Sport One Foundation dan diikuti 29 tim dari delapan negara. Event tahun 2018 ini merupakan kali ketiga bagi ITS untuk berpartisipasi, setelah mengirim perwakilannya pada tahun 2014 dan 2016.
Pada kategori Top Speed Record yang dilakukan di kota Groningen, ITS mendapat posisi terbaik ketiga dari 21 tim yang berpartisipasi. Jalapatih 3 berhasil menembus kecepatan hingga 23,5 km/jam.
Hasil ini membuat ITS mengungguli berbagai tim dari Belanda, Polandia, Belgia, dan Portugal. Peringkat ITS juga berada paling atas diantara tim-tim se Asia.
Pada kategori Stage(s) dari kota Esonstêd ke kota Leeuwarden, Jalapatih 3 mampu berlayar sejauh 39 kilometer nonstop. “Saat itu kondisi cuaca sangat minim intensitas cahaya matahari,” ujar Fadilah Kurnia, manajer Tim ITS Marine Solar Boat saat dihubungi melalui pesan online, Selasa (10/7).
Sementara itu, pada kategori Sprint lomba dilakukan dua kali yaitu di kota Groningen dan Leeuwarden. “Di kota Groningen, kami berhasil menyelesaikan race dengan perolehan waktu 15 detik dan masuk peringkat enam besar,” ungkap mahasiswa yang biasa disapa Fadil ini bangga. Pada kategori Sprint di kota Leeuwarden, Jalapatih 3 mampu finish dengan perolehan waktu dua menit dan masuk peringkat 10 besar.
Namun, diceritakan Fadil, perjuangan mendapatkan juara tak dilalui Jalapatih dengan mulus. Tidak sedikit permasalahan yang muncul di tengah perlombaan. “Ada banyak permasalahan yang kami temui seperti kondisi kesehatan anggota tim yang harus bermalam di tengah dinginnya camping site, juga minimnya intensitas cahaya matahari ketika perlombaan,” jelas mahasiswa Departemen Teknik Sistem Perkapalan (Siskal) ITS ini.
Perubahan-perubahan mendadak terkait regulasi oleh panitia pun sempat menjadi hambatan tersendiri bagi Jalapatih. Karena perubahan regulasi itu, tim Jalapatih harus harus memutar otak untuk bisa lolos inspeksi dan mendapatkan hasil yang terbaik pada beberapa kategori.
“Kami sadar hasil ini masih jauh dari kata sempurna, namun kami cukup bangga dengan hal ini dikarenakan perkembangan yang sangat pesat dari kompetisi sebelumnya di tahun 2016,” tutur Fadil. Mengutip pesan Rektor ITS, Prof Ir Joni Hermana MScES PhD, bahwa hal terpenting dalam sebuah kompetisi merupakan proses dan pembelajarannya, membuat Fadil dan tim yakin bahwa perlahan tapi pasti Indonesia dapat menjadi yang terbaik di kesempatan selanjutnya.
Tak lupa, Fadil mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu tim sehingga kompetisi dapat berjalan lancar. “Khususnya kepada orang tua, jajaran pimpinan ITS, dosen pembimbing, keluarga MSBT, para partner serta sponsor yang selama ini selalu mendukung tim Jalapatih,” ungkap Fadil.
Tim Jalapatih juga mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah terjun langsung membantu tim selama berada di Belanda. “Pihak KBRI Den Haag, Bapak Din Wahid selaku Atikbud, dosen kami Bapak Indrajaya yang turut hadir dalam perlombaan untuk mendukung, warga Indonesia dan Suriname yang banyak membantu tim dalam hal logistik dan akomodasi,” pungkasnya penuh syukur. (Kamajaya)