![](http://investigasi.today/wp-content/uploads/2023/01/LogoLicious_20230111_153954.jpg)
Jakarta, Investigasi.today – Kementerian Perdagangan memperkirakan harga pangan pada 2023 masih tinggi meski tak setinggi tahun lalu. Sebab, masih ada potensi kenaikan harga input produksi seperti pupuk dan energi serta kecenderungan proteksionisme akan meningkatkan harga pangan dunia.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Kasan Muhri menyebutkan, ada risiko melemahnya rupiah yang berpengaruh terhadap harga komoditas yang sebagian berasal dari impor. Misalnya, kedelai, gula, daging sapi, tepung terigu, serta bawang putih.
Kasan menjelaskan, berdasar data pantauan SP2KP Kemendag per akhir pekan lalu, harga barang kebutuhan pokok secara umum variatif. Ada yang turun, ada juga yang naik.
Misalnya, telur ayam ras yang sebelumnya sempat naik signifikan kini berangsur stabil dan mulai menunjukkan tren penurunan, baik di tingkat peternak maupun di tingkat konsumen. Pemerintah akan menjaga agar tahun ini kebutuhan minyak goreng domestik terpenuhi dengan cara melanjutkan kebijakan DMO (domestic market obligation) dan DPO (domestic price obligation) yang telah berjalan baik pada 2022.
Para eksportir CPO dan turunannya, sambung Kasan, harus menyediakan minyak goreng rakyat (MGR), baik dalam bentuk curah maupun kemasan, bermerek MinyakKita dengan jumlah 300 ribu ton setiap bulan. Adapun harga jual minyak goreng tersebut ditentukan dengan HET akhir di tingkat konsumen Rp 14.000 per liter atau Rp 15.500 per kilogram.
Sementara itu, BUMN gencar melaksanakan operasi pasar kebutuhan pokok di berbagai daerah sebagai bentuk antisipasi risiko pemburukan harga kebutuhan pokok. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan, BUMN siap menjadi pembeli siaga (off taker) bahan pangan pokok dalam rangka mengantisipasi krisis.
Potensi inflasi pada tahun ini dapat disebabkan dua sumber, yakni tingginya harga bahan bakar minyak (BBM) dan melonjaknya harga pangan. “Terlebih, kondisi rantai pasok dunia diperkirakan masih terganggu. Untuk itu, Indonesia harus mampu menjaga kondisi supply chain atau rantai pasok pangan nasional,” ujar Erick.
Dari survei penjualan eceran BI, perkiraan harga tiga dan enam bulan yang akan datang (Februari dan Mei 2023) bakal menurun. Tercatat masing-masing sebesar 134,6 dan 140,2.
“Responden menginformasikan penurunan harga karena stok barang yang mencukupi,” ucap Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono.
Kinerja penjualan Desember 2022 tumbuh terbatas. Yakni, di level 216,4 atau tumbuh 0,04 persen year-on-year (YoY).
Didorong pertumbuhan kelompok peralatan informasi dan komunikasi yang melesat dari 3 persen pada November menjadi 22,8 persen secara month-to-month (MtM) per Desember 2022. Sejalan masih tingginya penjualan TV digital.
Secara bulanan, penjualan eceran tumbuh 6,3 persen. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau naik 5,8 persen MtM. Seiring dengan meningkatnya permintaan pada momen Natal dan tahun baru (Nataru) dan strategi potongan harga (diskon) akhir tahun.
“Penjualan eceran secara tahunan tertinggi di Kota Banjarmasin, Medan, Surabaya, dan Makassar,” ungkapnya. (Slv)