Tuesday, July 8, 2025
HomeBerita BaruHotKesaksian Aremania Melihat Pintu 13 Kanjuruhan Seperti Kuburan Massal

Kesaksian Aremania Melihat Pintu 13 Kanjuruhan Seperti Kuburan Massal

Malang, Investigasi.today – Aremania mulai berbicara dan menceritakan kesaksian mereka atas Tragedi Kanjuruhan, pada Sabtu, 1 Oktober 2022. Kesaksian itu mereka suarakan satu persatu dengan didampingi oleh Federasi Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras). “Tidak ada keadilan dan kebenaran tanpa suara korban,” kata Sekjen Federasi Kontras, Andi Irfan, Selasa, (4/10/2022).

Dalam tragedi Kanjuruhan, data yang dimiliki oleh Polri sebanyak 125 suporter terdiri dari anak-anak, wanita dan laki-laki meninggal dunia. Sementara sekitar 300 lebih Aremania dan Aremanita terluka. Data yang dimiliki Aremania jumlah korban diklaim lebih banyak dari data Polri.

Salah satu Aremania dari Korwil District Dau yakni Eko mengatakan saat itu dirinya datang ke Stadion Kanjuruhan untuk menyaksikan laga Arema FC kontra Persebaya Surabaya. Dia membawa tiket pertandingan kelas ekonomi tetapi dia saat itu memutuskan tidak masuk dan melihat dari luar melalui layar lebar karena stadion penuh.

Singkat cerita saat kerusuhan berlangsung. Dia mendengar kekacauan dan suara letupan gas air mata dari luar stadion. Beberapa menit kemudian dia melihat banyak Aremania keluar dari tribun dengan kondisi panik karena tembakan gas air mata.

Dia kemudian lari ke tribun selatan tempat dia biasa memberikan dukungan pada Arema. Di tribun Curva Sud itu sebagian besar teman-temanya berada disana. “Saya lari mau menolong Aremania. Saya lari pertama melintas gate 14 disitu semua berdesak-desakan keluar, disitu pintu terbuka,” kata Eko.

Kemudian dia lari ke tribun 13. Disana situasi mencekam, Aremania yang berada di gate 13 dan 12 tidak bisa keluar karena pintu terkunci. Teriakan minta tolong dan pintu digedor terus dilakukan Aremania. Bahkan Aremania harus menjebol tembok ventilasi agar bisa keluar dari gate 13. “Disana menumpuk seperti kuburan massal. Semacam kuburan adik-adik saya. Banyak anak kecil dan wanita sudah bertumpukan. Saya bantu evakuasi satu persatu,” ujar Eko.

Eko menuturkan saat itu kondisi matanya perih karena tembakan gas air mata yang cukup banyak. Dia panik karena melihat banyaknya korban. Eko akhirnya lari meminta pertolongan pada aparat yang ada di luar tribun. “Saya lari minta tolong ke aparat saya minta tolong mereka tidak mau, saya lari lagi ke aparat lain malah saya mau dipukul,” kata Eko.

Tidak patah arang, Eko terus mencari cara untuk bisa masuk ke dalam stadion. Eko menuturkan saat di dalam stadion dia tidak menyangka melihat ratusan Aremania sudah tergeletak di tangga dan sebagian besar sudah meninggal dunia. “Perkiraan saya ratusan orang, dan sebagian besar sudah jadi mayat,” tandasnya. (Slv)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -



Most Popular