Bondowoso, investigasi.today – Hujan menjadi suatu hal yang sangat dinantikan ketika terjadi kemarau panjang. Di Bondowoso, ada tradisi Ojung yang dipercaya dapat mendatangkan hujan.
Tradisi Ojung merupakan permainan yang melibatkan dua orang lelaki. Keduanya saling memukul punggung menggunakan batang rotan sebagai senjata.
Saat melakukannya, pemain selalu bertelanjang dada. Sementara pakaian bagian bawahnya bebas. Biasanya menggunakan celana panjang beragam model. Kakinya tak beralas.
Tradisi ini biasanya digelar di lapangan atau tanah lapang desa setempat. Disaksikan ratusan hingga ribuan penonton berasal dari daerah sekitar.
Tradisi yang berlangsung turun-temurun ini dipimpin seorang wasit yang juga menjadi penilai capaian sasaran yang dilakukan terhadap lawan. Tak cuma itu saja.
Tak jarang, iringan gamelan tradisional yang dimainkan para pengrawit menyertai adu tangkas ini. Pun kidung-kidung dan gending.
Adapun peserta tradisi dan seni Ojung berasal dari warga desa setempat. Meski kadang ada pula yang datang dari luar desa atau daerah. Bebas, tak ada batasan.
Tradisi Ojung melibatkan dua orang saling berhadapan dan bertarung. Keduanya bersenjatakan sebatang rotan seukuran jari jempol dengan panjang sekitar 1,5 meter.
Mereka bergantian mencambukkan rotan ke punggung. Satu pihak mencoba menangkis sabetan lawannya. Begitu seterusnya hingga waktu yang telah ditentukan habis.
Satu babak pemukulan, wasit langsung akan melihat dan menilai sasaran yang dicambukkan mengenai sasaran atau tidak. Baru kemudian bergantian yang mencambuk lawannya.
Tak ada amarah atau dendam dalam pertarungan ini. Keduanya melakukan dengan riang gembira, kendati punggungnya terkena sabetan rotan lawan hingga meninggalkan bilur merah dan berdarah-darah.
Setelah babak pertarungan usai, keduanya saling bermaafan dan berangkulan satu sama lain. Bahkan, kadang sama-sama menari mengikuti iringan gamelan yang ada.
Dalam budayanya, Ojung biasanya dilakukan saat musim kemarau panjang. Karena selain sebagai budaya, tradisi ini juga dipercaya bisa mendatangkan hujan. Konon, berkas cambukan yang mengeluarkan darah dipercaya sebagai penanda bakal segera turun hujan.
Tradisi Ojung merupakan budaya khas Bondowoso dan kawasan-kawasan Tapal Kuda lainnya. Seperti Situbondo, Jember, Lumajang, dan Probolinggo, dan sekitarnya.
Hingga saat ini, tradisi Ojung masih diadakan di kawasan yang kebanyakan dihuni suku Madura. Meski begitu, kini sudah mulai jarang dilakukan karena tergerus budaya modern.
Dan hari ini, pelajar dari berbagai sekolah di Bondowoso melakukan pagelaran tari Ojung. Tarian massal ini juga berhasil mencatatkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI).
Pementasan tari Ojung yang digelar di Alun-alun Ki Bagus Asra itu diikuti 1.058 siswa. Mereka merupakan siswa SD, SMP, dan SMA berasal dari seantero Kota Tape.
“Kami sengaja melibatkan pelajar. Karena mereka merupakan generasi penerus bangsa di masa mendatang,” kata Pj Bupati Bondowoso Bambang Soekwanto, Minggu (14/7).
Menurut Bambang, pelajar Bondowoso harus mengenal seni budaya tradisional. Bahkan, harus ikut mempertahankan tradisi itu di tengah gempuran budaya modern saat ini.
“Sehingga budaya peninggalan leluhur ini akan tetap lestari. Sebagai generasi muda, para pelajar harus mengenali budaya adiluhung bangsa,” tegasnya. (Widodo)