
Surabaya, Investigasi.today – Forensik Polda Jatim bersama Polrestabes Surabaya bekerja keras mencari tahu penyebab meninggalnya M Rio Ferdinan Anwar, 19, taruna Politeknik Pelayaran Surabaya, yang dinilai tak wajar. Untuk menggali bukti-bukti guna menguak kasus kematian yang janggal tersebut, pihak kepolisian pun membongkar makam Rio di pemakaman Desa Puloniti, Bangsal, Mojokerto pada Selasa (7/2) sekitar pukul 11.00.
Kanit Resmob Satreskrim Polrestabes Surabaya AKP Zainul Abidin mengatakan, ekshumasi bertujuan agar Tim Forensik Polda Jatim bisa menentukan apa penyebab kematian korban.
“Itu penting sekali dalam rangka penyidikan. Karena ini menyangkut nyawa seseorang, maka atas koordinasi keluarga dan tim forensik Polda Jatim (dilakukan ekshumasi),” jelasnya, dikutip dari Radar Surabaya Rabu (8/2).
Mantan Kanit Reskrim Polsek Gayungan ini menyebut, hasil ekshumasi akan menjawab penyebab kematian korban. “Saksi yang diperiksa sudah 13 orang. Namun, nanti akan didalami lagi,” terangnya.
Pihaknya menyebut penyelidikan akan terus berjalan. Nantinya hasil ekshumasi akan dicocokkan dengan keterangan saksi-saksi.
Sementara itu, ayah korban, M Yani, berharap hasil otopsi diharapkan bisa mengungkap penyebab kematian anaknya yang dianggap tidak wajar. “Harapan kami, pelakunya ditangkap dan diproses hukum,” katanya.
Menurut Yani, penyebab kematian anaknya kemungkinan lantaran tindak kekerasan di dalam kampus. Ia menyebut, selain menemukan luka memar di wajah, kepala dan leher, ada kejanggalan lain. Yakni, korban yang sebelum masuk ke kamar mandi, memakai celana doreng ketika di rumah sakit sudah memakai celana PDL warna hitam.
“Celana seragam anak saya waktu di rumah sakit sudah diganti PDL warna hitam. Sebelumnya pakai baju doreng. Tahu baju doreng dari rekaman CCTV pas masuk kamar mandi pakai baju doreng,” bebernya.
Seperti diberitakan, M Rio Ferdinan Anwar, 19, taruna Politeknik Pelayaran Surabaya, diduga menjadi korban dugaan tindak kekerasan dan penganiayaan oleh seniornya. Tak terima dengan kematian anaknya, M Yani, 48, selaku ayah korban melaporkan kasus tersebut ke SPKT Polsek Gunung Anyar, Surabaya, Senin (6/2).
M Yani mengaku mendapat kabar pertama kali dari seorang dokter bahwa anaknya meninggal dunia di Rumah Sakit (RS) Asrama Haji Sukolilo, Minggu (5/2) sekitar pukul 22.48. “Saya cek jenazah kok banyak luka-lukanya. Dugaan saya mungkin ada penganiayaan, soalnya bibirnya itu bengkak, pecah terus hidung kanan itu juga bengkak,” ujar Yani. (Slv)