Surabaya, investigasi.today – Pengembangan kebudayaan di Indonesia harus mengedepankan akulturasi, yakni perkawinan nilai budaya lama dan baru. Artinya, nilai budaya lama dan baru harus akrab.
“Nilai baru untuk tidak merusak nilai lama. Demikian pula, nilai lama jangan kontradiktif terhadap nilai baru yang positif,” ujar Gubernur Jatim Dr. H. Soekarwo saat memberikan sambutan pada acara pagelaran wayang orang dengan lakon “Swargaloka Kidung Suci Bhagavadgita Labda Manohara” di Gedung Kesenian Cak Durasim, Jl. Gentengkali 85 Surabaya, Jumat (10/11) malam.
Pakde Karwo sapaan lekat Gubernur Jatim menegaskan akulturasi penting sekali untuk menjaga kebudayaan Indonesia. Sebab, pasca perang dunia kedua, kebudayaan merupakan sasaran utama yang diambil alih negara lain melalui cara memasukkan budaya mereka ke Indonesia .
Terjaganya kelestarian seni dan budaya serta kearifan lokal, lanjutnya, akan turut serta memperkokoh suasana guyub rukun di Jatim. “Ini karena seni dan budaya mengajarkan harmonisasi kehidupan, musyawarah mufakat, serta menghargai perbedaan,” ujarnya yang memberikan gendewa kepada tokoh Arjuna tanda dimulainya pertunjukan.
Pakde Karwo juga menegaskan, kebudayaan merupakan basis yang menjadikan negara menjadi maju, kuat dan berdaya saing. Bahkan, di Indonesia kebudayaan lebih kuat karena dilapisi dengan spiritual. Kebudayaan yang dilapisi spiritual ini sudah dilakukan oleh sembilan walisongo, dimana penyebaran agama Islam di nusantara memberikan solusi kecerdasan sangat kuat dalam menyikapi sebuah kesulitan.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov. Jatim Dr. H. Jarianto menjelaskan, pagelaran wayang orang ini yang menggabungkan seniman dari Surabaya, Jakarta, dan Solo ini digelar agar mendorong kreativitas para seniman Jatim khususnya di kesenian wayang orang. Pagelaran berjudul Kidung Suci Bhagavad Gita ini yang menampilkan para pemain dengan usia muda ini diharapkan mampu memberikan tontonan menarik, serta menyambungkan benang merah antara isi cerita dengan kekinian saat ini. “Yang baik dalam pagelaran itu adalah mampu menyatukan antara penampilan menarik dengan isi cerita,” jelasnya. (yit)