Jakarta, Investigasi.today – Pemerintah Provinsi Jawa Timur mempunyai cara jitu untuk menggalang masuknya investasi, yakni dengan memberi jaminan kemudahan atau government guarantee kepada para investor. Jaminan tersebut berupa kemudahan perizinan, percepatan pengadaan lahan, ketersediaan pasokan energi/ listrik, dan iklim perburuhan yang demokratis.
Gubernur Jatim, Dr. H. Soekarwo menyampaikan hal tersebut ketika menjadi narasumber pada acara Investment Outlook dengan tema “Peluang Baru Investasi di Kawasan Terintegrasi di Ballroom Hotel Pullman, Jakarta, Selasa (10/10).
Cara jitu tersebut, ungkap Soekarwo, telah berhasil meraup investasi setidaknya sebesar Rp. 45,27 triliun (berupa ijin prinsip) pada Semester I Tahun 2017. Nilai tersebut meningkat sebesar 61,79 persen dibandingkan semester I tahun 2016 sebesar Rp. 27,98 triliun. Sedangkan realisasinya, hingga semester I tahun 2017 telah mencapai sebesar Rp. 78,14 triliun, atau meningkat 9,10 persen dibandingkan semester I tahun 2016 yang sebesar 71,62 triliun. ”Keberhasilan ini karena dukungan stake holder di kabupaten/kota yang harmonis, juga didukung oleh masyarakat Jatim yang open minded, ungkap Pakde Karwo sapaan akrabya.
Pakde Karwo juga menyampaikan masuknya investasi tersebut mendorong tumbuhnya ekonomi Jatim. Pada tahun Semester 1 tahun 2017 mampu tumbuh 5,21% lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi nasional 5,01%. Pertumbuhan ekonomi Jatim didominasi oleh 3 sektor lapangan usaha utama, yakni industri pengolahan dengan kontribusi sebesar 29,17 persen bisa mampu tumbuh sebesar 4,73 persen. Kemudian perdagangan besar dan eceran dengan kontribusi sebesar 18,07 persen mampu tumbuh 6,24 persen, serta pertanian, kehutanan, dan perikanan mempunyai kontribusi sebesar 13,46 persen mampu tumbuh 1,83 persen.
Kembangkan 5 Pelabuhan yang Terintegrasi dengan Kawasan Industri
Untuk terus mendongkrak pertumbuhan ekonomi, Pemprov Jatim mengembangkan lima pelabuhan yang terintegrasi dengan kawasan industri. Diantaranya dengan dibangun Pelabuhan Manyar JIIPE dengan area pelabuhan seluas 371 Ha dan area industri seluas 1.761 ha, pengembangan Pelabuhan Teluk Lamongan seluas 386 Ha. Juga, pembangun Probolinggo Industrial Sea-Port City menjadi kawasan industri seluas 500 Ha, Pelabuhan Paciran dan Pelabuhan Tanjung Awar-Awar Terintegrasi dengan kawasan industri Tuban yang diusulkan 300 Ha kawasan industri.
Dengan dikembangkannya lima pelabuhan yang terintegrasi dengan industri tersebut, Pakde Karwo berharap bisa memberikan nilai tambah dan meningkatkan daya saing produk industri. Tujuan akhirnya adalah dapat mendorong ekspor. Sebagai contoh, untuk pasar ASEAN, sampai dengan Semester I 2017 ini, ekspor non migas Jatim surplus USD 738,85juta. Bahkan perdagangan dengan negara Singapura surplus USD 311,73 juta.”Kawasan industri yang terintegrasi diharapkan dapat mendorong linkage Industri Kecil Menengah (IKM) dengan Industri Besar yang tentunya dapat mendorong transfer knowledge dan teknologi,” ujarnya.
Di hadapan para peserta yang kebanyakan para pengusaha tersebut, Pakde Karwo juga memaparkan kondisi eksisting Jatim yang saat ini telah memiliki 7 kawasan industri seluas 4.819,5 Ha. Dengan area seluas itu, kawasan industri Jatim menjadi terluas nomor empat 4 di Indonesia. Kawasan industri ini memberikan kontribusi 21,08% terhadap industri pengolahan Nasional tahun 2016. Kawasan industri eksisting Jatim antara lain PT. Surabaya Industrial Estate Rungkut (Surabaya) seluas 245 Ha, PT. Pasuruan Industrial Estate Rembang (Pasuruan) seluas 563 Ha, dan PT. Sidoarjo Industrial Estate Brebek (SIEB) seluas 87 Ha. Juga, ada PT. Ngoro Industrial Park (NIP) seluas 450 Ha dan PT. Maspion Industrial Estate (MIE) seluas 341,5 Ha,PT. Kawasan Industri Gresik (KIG) seluas 140 Ha, dan PT. Java Integrated Industrial Port Estate (JIIPE) seluas 2.993 Ha.
Dengan komposisi di atas, papar Gubernur Jatim, jika dilakukan pengembangan lebih lanjut kawasan industrinya, maka kontribusi industri pengolahan terhadap PDRB diyakininya akan semakin meningkat.
Upaya lain yang dilakukan Pemprov Jatim dalam mengembangkan kawasan industri terintegrasi dengan memberikan stimulus melalui fasilitasi, memberikan insentif serta kemudahan bagi pertumbuhan Kawasan Industri di Provinsi Jatim, melakukan promosi kawasan Industri pada level Nasional maupun internasional sehingga dapat meningkatkan minat investor untuk berinvestasi di Jatim. “Pemprov Jatim juga membuat Sistem Informasi Kawasan Industri (SIKI). SIKI merupakan database berbasis Information Technology (IT), sebagai media publikasi terkait promosi Kawasan Industri Jatim yang bertujuan untuk memudahkan investor dalam mencari lokasi pengembangan usaha yang strategis,” ungkapnya.
Selain itu, juga berkoordinasi dengan instansi terkait dalam meningkatkan infrastruktur di Kawasan Industri, misalnya melalui Rapat Koodinasi Kawasan Industri yang mengundang stake holder terkait untuk membahas permasalahan dan strategi dalam pengembangan Kawasan Industri. Dan juga adanya Tim Fasilitasi Percepatan Pengembangan Kawasan Industri (TFP2KI) Jatim.
Selain Pakde Karwo, yang menjadi narasumber pada acara Investment Outlook in, yakni Kepala BKPM Thomas Lembong, Dirjen Bea Cukai, Heru Pambudi, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman,Adhi S. Lukman, Ketua Gabungan Perusahaan Farmasi F.Tirto Kusnadi, dan Presiden Direktur AKR Corporindo Haryanto Adikoesomo. (Yit/Priscilla).