Surabaya, investigasi.today – Gubernur Jawa Timur, Dr. H. Soekarwo mengharapkan Langgar Marsimah Jl. Dinoyo Langgar Surabaya menjadi pusat untuk membangun kesalehan, bukan hanya spiritual, tetapi juga kesalehan sosial. Caranya, langgar ini juga dimanfaatkan sebagai tempat membahas kegiatan-kegiatan keseharian.
“Selain digunakan untuk mengaji dan beribadah kepada Allah SWT, langgar ini juga agar dimanfaatkan untuk membahas kegiatan seperti pencegahan penyakit demam berdarah (DB), membersihkan selokan, mendampingi ibu yang sedang hamil sampai melahirkan, dsb-nya,” ujar Pakde Karwo-sapaan akrabnya saat meresmikan Langgar Marsimah yang berlokasi di Jl. Dinoyo Langgar Surabaya, Kamis (10/5).
Persoalan DB, lanjutnnya, sangat penting diurus karena penyakit ini sangat berbahaya. Melalui langgar ini, semangat gerakan mencegah DB semakin kuat. “Disini sudah ada grup jemantik DB, ini luar biasa. Silahkan mencontoh ibu-ibu di Mojokerto Kota, sudah 10 tahun tidak ada DB,” ucapnya sambil menjelaskan hal tsb terwujud karena ibu-ibu semuanya mengecek di kamar mandinya apakah ada jentik nyamuk atau tidak.
Selain DB, imbuhnya, yang tidak kalah penting adalah relawan untuk mendampingi ibu-ibu hamil hingga melahirkan. Pendampingan tsb sangat penting karena jika saat hamil mengalami tekanan darah tinggi maka akan atau preklamsia atau clamsia usai nifas yang mengakibatkan kematian.
Secara pribadi, Pakde Karwo memberi apresiasi kepada keluarga Martono yang telah mewakafkan tanahnya untuk pendirian langgar ini. “Pak Martono asli kelahiran sini, dan mau membangun lingkungan disini. Terima kasih, semoga langgar ini bisa memberikan barokah bagi lingkungan sekitar, dan mendapat ridho Allah SWT” pungkasnya.
*Langgar Marsimah Amanah Orang Tua*
Ditemui wartawan usai peresmian, perwakilan keluarga pemilik langgar, Martono mengatakan, langgar ini adalah milik keluarga yang diwakafkan kepada masyarakat. “Tanah langgar ini dulu dimiliki oleh keluarga almarhumah Marsimah dan almarhum Siamin, orang tua kami. Sebelum keduanya meninggal, berpesan agar tanah untuk diwakafkan kepada masyarakat dalam bentuk langgar.
Ditambahkan, proses pembangunan langgar yang berdiri diatas lahan seluas 240 m2 ini tergolong cepat, yakni hanya enam bulan dengan menelan biaya sekitar Rp. 700 juta yang berasal dari urunan keluarga. Kedepan, langgar ini selain untuk ibadah, seperti kegiatan Taman Pendidikan Al-Qur’an, juga untuk kegiatan sosial.
Senada dengan Pakde Karwo, selain dimaksimalkan untuk ibadah, langgar ini juga digunakan untuk penanaman nilai-nilai sosial pada masyarakat, seperti pengajian, bakti sosial, dan penanaman nilai mulia kepada masyarakat sekitar.
Hadir dalam kesempatan ini a.l. guru besar UNAIR Hotman Siahaan, beberapa pimpinan OPD DI jajaran Pemprov. Jatim, para kiai, ulama, perwakilan keluarga, dan masyarakat sekitar. (Salvado)