Surabaya, investigasi.today – Pemerintah pusat melalui Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Luar Negeri harus melakukan pertemuan government to government (G2G) untuk meningkatkan ekspor perhiasan Indonesia, salah satunya membahas bea masuk di Uni Emirat Arab.
Jika G2G ini dilakukan bisa menaikkan ekspor perhiasan kita kembali, kata Gubernur Jatim Dr. H. Soekarwo saat membuka Surabaya Jewellery Fair 2017 di Hotel Shangri-La Surabaya, Kamis (26/10) pagi.
Pakde Karwo sapaan lekat Gubernur Jatim menjelaskan, pemerintah harus mengaktifkan G2G terutama mengenai bea masuk. Sebab, Dubai dan Uni Emirat Arab telah melakukan bea masuk sebesar 5 persen. Dalam hal ini, peran pemerintah pusat melalui Kementerian Luar Negeri sangat diperlukan dan ditingkatkan.
Jadi barang kita yang dijual ke Dubai dan Uni Emirat Arab turun karena adanya bea masuk yang dinaikkan. Untuk itu tim ekonomi kita harus berbicara kepada WTO tentang barrier non tarif. Sebab barrier tarif yang dilakukan selama ini tidak fair, ujarnya.
Selain G2G, Pakde Karwo juga mengusulkan agar Indonesia bisa memiliki market intelligent di negara-negara tujuan ekspor dan lebih cepat mengimbangi dalam hal strategi pajak seperti yang dilakukan Singapura memberikan bea masuk 0 persen. Kita harus lebih cepat mengambil langkah-langkah itu, tegasnya.
Dihadapan Dirjen Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian, Pakde Karwo menjelaskan, ekspor terbanyak Jatim berhasal dari perhiasan. Pada tahun 2012, ekspor perhiasan Jatim mencapai 420 juta dollar AS. Angka ini semakin meningkat tajam pada tahun 2016 yang mencapai 4,160 milyar dollar AS. Begitu juga dengan harga emas meningkat dari Rp. 550 ribu menjadi Rp. 630 ribu per gram. Ekspor Jatim meningkat 10 kali lipat, melompat secara quantum. Apalagi sebanyak 25 persen perhiasan di Indonesia berasal dari Jatim, ujarnya.
Untuk lebih meningkatkan ekspor perhiasaan Jatim, Pakde Karwo mengatakan, Jatim akan mencari pasar baru ke India, Nigeria, Sri Lanka yang menyukai produksi emas dari Jatim. Di sana memang banyak yang suka emas, tetapi yang masuk kualitasnya kurang bagus. Sedangkan perhiasan handmade kita lebih bagus daripada yang kirim dari Dubai, India, tuturnya.
Selain itu, Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) provinsi, kabupaten/kota diharapkan dapat mengembangkan model-model desain, packaging yang baik, dan membuat jaringan pasar yang luar terhadap perhiasan produksi Jatim. Yang terpenting dan menjadi perhatian itu pengembangan produksi, pembiayaan murah, dan pasar, tuturnya.
Gubernur Soekarwo juga meminta Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prov. Jatim agar tahun depan untuk meningkatkan lomba desain perhiasan dari tingkat SD hingga perguruan tinggi. Sehingga pada saat penyelenggaraan eksibisi atau pameran perhiasaan, desain tersebut bisa digunakan pengusaha perhiasaan melalui proses lelang.
Sementara itu, Dirjen Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih mengatakan, kegiatan ini merupakan ajang memperkenalkan usaha kecil dan menengah khususnya di bidang perhiasan.
Mengingat potensi perhiasan yang dimiliki Jatim, Kemenperin sangat mendukung Jatim dalam pengembangan usaha perhiasan. Salah satunya dengan melakukan kerjasama dengan Disperindag Prov. Jatim untuk melakukan pameran online melalui e-Smart IKM. Kemenperin juga terus melakukan pameran secara offline maupun online, memberikan bimbingan teknis terutama bagi IKM-IKM perhiasan.
Pada kesempatan yang sama,  Ketua Asosiasi Pedagang Emas dan Permata Indonesai, Jeffrey Tumewa memuji kepemimpinan Pakde Karwo yang berhasil meningkatkan ekspor perhiasan di Jatim. Sehingga pihaknya bisa terus menyelenggarakan Surabaya Jewellery Fair setiap tahunnya.
Dengan adanya dukungan yang kuat dari semua pihak, Jeffrey berharap dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi perhiasan dalam negeri, meningkatkan kesejahteraan para pengrajin perhiasan kreatif, membuka peluang usaha pelaku bisnis UKM untuk memasarkan produk-produk kreatifnya. Selain itu, para konsumen juga dapat memilih produk-produk perhiasan beragam yang berkualitas dengan harga bersaing.
Pameran perhiasan tahun ini diikuti sebanyak 110 peserta termasuk 61 pengrajin IKM binaan Kementerian Perindustrian, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prov. Jatim Dinas Perindsutrian dan Perdagangan Kota Yogyakarta, Dinas Koperasi dan UMKM Kota Mataram, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi NTB, serta 14 peserta mesin dan perangkat perhiasan. (yit)