Sumut, investigasi.today – Kelangkaan minyak goreng terjadi di beberapa wilayah di Indonesia, termasuk Sumatera Utara. Sebagai upaya mengantisipasi terjadinya penimbunan, Polda Sumut membentuk tim khusus untuk menyelidiki hal tersebut.
Direskrimum Polda Sumut, Kombes John Charles Edison Nababan, mengatakan, timnya berkoordinasi dengan toko-toko modern hingga tradisional untuk mencari penyebab kelangkaan. Selain itu pihaknya juga berkoordinasi dengan Disperindag Provinsi maupun Kabupaten Kota.
“Jadi, kita kan ada satgas pangan, sudah kita bentuk dengan adanya informasi kelangkaan minyak goreng ini, kita terus bergerak untuk mencegah adanya penimbunan,” ujar Charles dalam keterangannya, Jumat (18/2).
Meskipun begitu, sejauh ini pihaknya belum menemukan adanya penimbunan minyak goreng. Ia berjanji tidak akan segan memberikan tindakan tegas apabila ditemukan penimbunan.
“Sejauh ini belum kita temukan adanya penimbunan. Kita juga sudah imbau kepada para distributor jangan sampai terjadi penimbunan terhadap bahan pokok kebutuhan masyarakat,” ujarnya.
Dia juga meminta kepada produsen minyak goreng supaya menjadikan kebijakan pemerintah sebagai pedoman, khususnya Kemendag tentang DMO (Domestic Market Obligation) dan DPO (Domestic Price Obligation).
Misalnya untuk DMO, agar produsen minyak goreng lebih mengutamakan kebutuhan crude palm oil (CPO) dalam negeri sebesar 20% dan sisanya baru boleh diekspor.
Lalu terkait DPO pemerintah juga telah menetapkan HET (Harga Eceran Tertinggi), yakni sebesar Rp 11.500 per liter untuk minyak curah, kemudian Rp 13.500 per liter untuk minyak goreng kemasan sederhana dan 14.000 per liter untuk minyak goreng kemasan premium.
Terakhir, ia meminta masyarakat tidak panik serta tetap membeli minyak goreng sewajarnya.
“Kami imbau kepada masyarakat tidak panik, beli (minyak goreng) sesuai dengan kebutuhan,” tandasnya. (Mona)
