
JOMBANG, Investigasi.Today – Sebagian warga Desa Kepatihan, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang, Jawa Timur mengancam golput hanya karena alasan yang sepele, yakni sebagian warga terdaftar mencoblos di TPS yang berbeda dengan keluarganya.
Saat dikonfirmasi terkait hal ini, Kepala Desa Kepatihan, Erwin Pribadi mengaku mendapat keluhan dari sejumlah warganya. “Pasca DPT (Daftar Pemilih Tetap) dikeluarkan, banyak warga mengeluh. Karena dalam satu KK (Kartu Keluarga) tidak mencoblos di TPs yang sama, melainkan dipecah dalam dua sampai tiga TPS,” ungkapnya, Senin (15/4).
Ermin menuturkan dalam DPT Pemilu kali ini berbeda dengan Pilkada tahun lalu. Pada Pilkada, warga dalam satu KK mencoblos di TPS yang sama. Sementara dalam Pemilu 17 April nanti, banyak keluarga yang anggotanya mencoblos di TPS terpisah. “Banyak warga yang menyatakan tak mau nyoblos karena satu KK dipisah TPS-nya, derangkan lokasi TPS jaraknya terlalu jauh,” tandasnya.
Erwin menduga persoalan ini disinyalir akibat adanya penambahan jumlah TPS, karena di desanya ada 3.767 DPT dan KPU Jombang diduga membagi pemilih ke TPS tanpa memperhatikan KK. “Meski formilir C6 (undang untuk memilih) sudah dibagikan, namun masih ada waktu bagi KPU untuk memudahkan warga kami dalam mencoblos,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Pemungutan Suara (PPS) Desa Kepatihan Farid Ahmaludin mengaku telah melaporkan persoalan ini ke Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Jombangbdan pihak PPK juga telah melapor ke KPU Jombang. Namun, sampai saat ini pihaknya masih belum mendapatkan petunjuk dari PPK maupun KPU Jombang.
“Kami sudah upload data ke Sidalih (Sistem Data Pemilih), tapi ketika keluar di DPT ke desa seperti itu. Hasil pemetaan kami berbeda dengan DPT yang dikirim KPU. Kami masih menunggu petunjuk dari KPU tentang cara merubahnya,” ujarnya. (Ink)