Surabaya, Investigasi.today – Surabaya terpilih sebagai tuan rumah seminar nasional yang mengangkat tema Kupas Tuntas Donor Plasma untuk Fraksionasi. Acara bertujuan meningkatkan pemahaman dan peran serta semua pihak terkait dalam pengelolaan donor plasma untuk fraksionasi, serta mempromosikan pengetahuan tentang sosial budaya, etika, dan pemanfaatan produk obat derivat plasma (PODP) dalam sistem pelayanan kesehatan.
Saat ini, di seluruh Unit Donor Darah (UDD) PMI seluruh Indonesia, terdapat total 3.796.698 kantong darah. Mayoritas digunakan dalam bentuk PRC (packed red cells), sementara plasma hanya digunakan dalam kisaran 1-10 persen untuk kebutuhan klinis di rumah sakit.
Itu artinya bahwa sebagian besar plasma yang dihasilkan UDD PMI, termasuk UDD PMI besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surakarta, dan Surabaya, tidak dimanfaatkan sepenuhnya oleh klinis. Padahal plasma itu memiliki potensi besar untuk difraksionasi menjadi produk obat derivat plasma (PODP) yang berharga.
Saat ini, sudah ada 18 UDD PMI yang telah memenuhi spesifikasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan berkomitmen untuk mengumpulkan 200.000 liter plasma per tahun. Seminar itu menjadi wadah bagi para ahli dan praktisi di bidang kesehatan, perwakilan pemerintah, serta masyarakat umum untuk mendiskusikan isu-isu penting seputar donor plasma untuk fraksionasi.
Ketua Panitia Seminar Nasional dr. Lilis Wijaya menyatakan, seminar itu bertujuan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peserta seminar tentang donor plasma untuk fraksionasi, meningkatkan peran serta semua pihak terkait dalam pengelolaan donor plasma untuk fraksionasi, dan meningkatkan pengetahuan tentang sosial budaya, etika, dan pemanfaatan Produk Obat Derivat Plasma (PODP).
”Kami mengundang semua pihak yang peduli dengan perkembangan sistem pelayanan kesehatan untuk bergabung dalam diskusi ini,” ungkap Lilis.
UDD Pusat PMI juga menggelar rapat kerja teknis (Rakernis) dengan tema Optimalisasi Pelayanan Darah UDD PMI Dalam Mendukung Program Pemerintah. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas dan ketersediaan darah di Indonesia.
Rakernis itu bertujuan untuk membahas dan merumuskan strategi serta langkah-langkah konkret dalam mendukung program pemerintah terkait pelayanan darah yang lebih baik dan efisien. Dalam konteks itu, pemerintah telah menetapkan program-program prioritas yang termasuk dalam upaya meningkatkan jumlah dan kualitas donor darah serta memperkuat Unit Donor Darah (UDD) PMI.
Salah satu pembahasan penting dalam Rakernis adalah kenaikan biaya pengganti pengolahan darah (BPPD) yang berdampak langsung pada pelayanan darah. Selain itu, juga akan dibahas informasi mengenai pengenaan pajak terhadap BPPD. Kedua isu itu akan menjadi fokus utama dalam merumuskan langkah-langkah yang efektif untuk mengatasi tantangan tersebut.
Rapat kerja teknis itu diadakan di Surabaya pada 3 – 4 Oktober. Peserta rakernis terdiri atas perwakilan UDD PMI, pemerintah, serta pihak terkait lain yang memiliki peran dalam pelayanan darah di Indonesia.
Ketua Panitia Rakernis Robby Nur Aditya menjelaskan, tujuan rakernis mengoptimalkan pelayanan darah UDD PMI dalam mendukung program pemerintah. Rakernis itu juga bertujuan meningkatkan pemahaman seluruh pengurus dan UDD PMI tentang pentingnya akreditasi dan konsolidasi pelayanan darah, mendiskusikan langkah-langkah strategis untuk meningkatkan kualitas dan keamanan produk darah di UDD PMI. Selain itu menetapkan rencana aksi dan tindakan korektif untuk mencapai sasaran akreditasi dan konsolidasi pelayanan darah. (Laga)