Surabaya, Investigasi.today – Pentolan grup band Dewa 19 Ahmad Dani mendadak muncul di kantor Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim Jalan Masjid Al Akbar, Surabaya, Sabtu (20/5). Persis bersamaan dengan momentum peringatan Hari Kebangkitan Nasional. Tentu saja, kehadiran Dhani itu menarik lantaran sempat mengalami hubungan ’’panas-dingin’’ dengan NU.
Kedatangan musisi papan atas kelahiran Surabaya tersebut langsung disambut pengurus NU Jatim. Di antaranya, Wakil Ketua PWNU Jatim KH Abdussalam Shohib dan beberapa pengurus lain. Bahkan, sejumlah kiai muda atau Gawagis (perkumpulan gus), juga ikut menyambut suami Mulan Jameela itu.
Gus Salam, panggilan akrab KH Abdussalam Shohib, mengungkapkan, dalam pertemuan dengan Dhani itu pihaknya bertukar pandangan dan pikiran-pikiran. ‘’Kami (Nahdaltul Ulama, Red) sudah terlalu banyak yang memberikan pujian. Nah, saatnya kami mendengarkan kritik, saran, dan masukan dari Mas Dhani dan nanti juga dari tokoh-tokoh yang lain,’’ ujarnya. Minggu (21/5).
Menurut Gus Salam, ketokohan, jaringan, dan kompetensi Dhani itu diharapkan bisa membantu strategi dakwah NU yang sederhana, praktis dan bisa diterima kalangan muda atau milenial. Bahkan, dalam forum itu, beberapa gus juga berharap Dhani bisa berkolaborasi dengan NU. Misalnya, mengarang lagu untuk NU, Gus Dur, atau santri.
’’Setidaknya mengaransmen beberapa salawat khas NU. Apakah salawat Badar, salawat An-Nahdliyah, salawat Khaliliyah atau ilmu,’’ papar cucu pendiri NU KH Bisri Syansuri, Denanyar, Jombang, itu.
Lantas, apa saran dan kritik dari Dhani? Gus Salam menyebut, banyak masukan, kritik, dan pernyataan dari Dhani yang menarik. Sebut saja, berharap NU berkuasa atas dirinya sendiri, tidak hanya menjadi alat penguasa.
Bahkan, Dhani berharap agar NU bisa berkuasa di negeri ini. Dengan begitu, bisa semakin menjadi pengayom warga negara sekaligus menjadi pemersatu umat Islam seperti zaman Gus Dur.
‘’Dia mengibaratkan dengan sebuah pepatah, segenggam kekuasaan lebih berarti daripada sekeranjang kebenaran,’’ ungkapnya.
Selain itu, lanjut Gus Salam, Dhani memberikan saran agar NU Jatim terus membuka lebar komunikasi dengan tokoh-tokoh lain. Dia menyebut ada Raffi Ahmad, Andre Taulani, Rocky Gerung, Fadli Dzon, dan lainnya untuk ikut membantu dakwah NU dengan Islam yang rahmatan lil alamin serta bisa memberikan masukan dan kritik konstruktif kepada NU.
‘’Mas Dhani juga berterimakasih kepada NU Jatim yang lebih terbuka dan mau mendengar kritik dan saran dengan rendah hati. Bahkan, dia minta bikin WA Grup sebagai sarana diskusi,’’ ungkapnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, NU Jatim memang tengah membuka jalan ’’dakwah lain’’ yang terbilang kreatif dan inovatif untuk anak-anak muda. Terutama di wilayah kampus dan perkotaan. Sebut saja dengan menghadirkan para musisi atau penyanyi.
Dalam memperingati Satu Abad NU, misalnya. PWNU Jatim berkolaborasi dengan Unesa dengan menghadirkan Konser Denny Caknan. Lalu, di Unair mengundang Letto. Tentu saja, di sela-sela hiburan itu diselipi dengan nilai-nilai spritiual. Ada juga Tugu Pahlawan Fashion Night dengan Gus-Ning sebagai modelnya.
‘’Kami ingin menyampaikan pada anak-anak muda bahwa menjadi NU itu sangat mudah. Selama dapat memberikan manfaat untuk orang lain, maka sebetulnya itulah NU. Pedomannya, khoirunnas anfaauhum linnas,’’ ungkap Gus Salam.
Kepada wartawan, Dhani menyatakan, kedatangannya ke PWNU Jatim itu sama sekali tidak ada kaitan dengan urusan politik. Namun, murni silaturahmi. Dia menegaskan, dirinya memilik kedekatan dengan NU Jatim sudah sangat lama.
Namun, diakui hubungannya dengan NU sempat merenggang. ‘’Saya dekat dengan NU itu banyak saksinya. Jadi, saya silarurahmi ke NU itu bukan hari ini saja, atau misalnya ada yang bilang politis, itu jauh,’’ katanya.
Dhani menyebut, hubungan dekatnya dengan NU dimulai sejak 1998. Yakni, ketika KH Abdurrahman Wahid masih menjabat ketua umum PBNU. Bahkan, pernah juga berkunjung ke Pondok Pesantren Genggong, Probolinggo, sekitar 2000. ‘’Saya senang sekali PWNU Jawa Timur bisa terbuka, berarti ingin menerima kritik dan lain-lain,” ujarnya.
Dhani mengaku dirinya sempat menyampaikan masukan ke PWNU Jatim. Salah satunya, jangan ada seorang yang bicara seolah-olah NU paling benar. Hal itu akan menyakiti dan memarginalkan golongan Islam yang lain. “Kalau ingin menjalin silaturahmi, kita harus rendah hati, merangkul semua organisasi Islam. Baik yang besar maupun yang kecil,” pungkasnya. (Slv)