Tuesday, July 8, 2025
HomeBerita BaruJatimSituasi Politik Gresik Pasca Rekomendasi DPP PKB Turun ke Pasangan Qosim-Alif

Situasi Politik Gresik Pasca Rekomendasi DPP PKB Turun ke Pasangan Qosim-Alif

Oleh : A. Zainal Abidin, SIP

Gresik, Investigasi.today – Seperti yang sudah diprediksi oleh penulis, bahwa rekomendasi akan jatuh ke calon Qosim-Alif jauh sebelum turunnya keabsahan rekomendasi. Bahwa sehari setelah surat penetapan rekomendasi dari DPP PKB tanggal 3 juli 2020, DPC PKB Kabupaten Gresik langsung tancap gas melakukan “Press Release” di hari minggu tgl 5 juli 2020 terkait rekomandasi Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Gresik bertempat di kantor DPC PKB Gresik.

Secara formal ini pembuktian bahwa legitimasi politik sudah dipercayakan  penuh kepada Qosim ketua DPC PkB Gresik juga Wabup Gresik  berpasangan dengan dr. Alif selaku Ketua DPC Partai Gerindra dan Wakil Ketua DPRD Kabupaten Gresik yang juga adik kandung pengusaha besar H. Saipul yang lebih dikenal H. Ipung untuk  memperebutkan kekuasaan di Kabupaten Gresik melalui pilkada serentak yang dilaksanakan awal bulan Desember tahun 2020.

Turunnya rekomendasi tersebut merupakan sintesis dari polemik politik di Gresik yang selama ini jadi perbincangan, perdebatan melalui media sosial baik di Group Whats Ap, facebook, Instagram maupun di kedai kopi dll.

Dalam percakapan tersebut berimplikasi pada hubungan sosial karena penyampaian persepsi yang berbasis asumsi, tidak terkontrol, prediksi”, sehingga kegelisahan, kegaduhan bahkan saling bersinggungan. Dengan terbitnya penetapan rekomendasi dari DPP PKB, maka sudah tidak muncul percakapan  di medsos enought and done.

Parpol adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut, menjaga/mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan memberikan pada anggotanya kemanfaatan bersifat idiil dan materiil — carl Jfriedrich.

Situasi sekarang kekuatan Parpol pengusung cabup dan cawabup Partai pengusung Qosim dan Alif dalam persiapan pilkada serentak di Gresik adalah koalisi yg bersiap dalam berkompetisi mengingat tiket politik sebagai tahapan awal mekanisme pancalonan sudah selesai sehingga situasi politik di Internal QA sudah tenang, ayem, sejuk dan sedikit bahagia artinya kerisauan sudah tidak dialami oleh Cabup-Cawabup dan Partai pengusungnya PKB-Gerindra.

Sedangkan situasi kontradiktif sedang dialami  oleh partai koalisi pengusung Gus Yani yang menjabat Ketua DPRD Kabupaten Gresik, Kader PKB dan NU yang juga anak  pemilik usaha jasa  transportasi terbesar di Kabupaten Gresik sampai detik ini masih sibuk mencari pasanganya.

Situasi dilematis juga dialami oleh Gus Yani pasca sekretaris DPC PKB Gresik membuat statement bahwa jikalo Gus Yani masih tetap maju sebagai Cabup di luar PKB maka akan diberikan sangsi, penegasan ini memberikan shock therapy, sebagai manifestasi dari kerisauan, ketidaknyamanan di internal DPC PKB  dan bisa menjadi ancaman kekuatan politik di basis Nahdhiyyin dengan catatan harus bergerak dengan mobilitas tinggi, membentuk platform dan program yang layak jual di basis dll.

Seperti dalam pernikahan pasangan QA sudah sehati setia bersiap ke kantor KUA sementara Gus Yani masih proses seleksi mencari kecocokan hati sehingga belum bersiap ke kantor KUA. Adapun Partai pengusung koalisi yang berpotensi mendukung Gus Yani adalah Partai Golkar, PDIP, Nasdem, PAN, PPP dan Partai Demokrat.

Itupun dalam proses karena cawabupnya masih bersifat prematur yang sewaktu-waktu bisa berubah berbasis pada cross tabulasi dalam mengolah data riset untuk  politik kemenangan.

Sedikit kesalahan strategi politik Gus Yani dalam memilih pasangannya akan berpotensi pecah atau rontok koalisi pengusungnya karena dalam berpolitik tidak lepas dari kepentingan dan otoritas  partai terkecuali koalisi tersebut membentuk mindset, persepsi dan perspektif yang sama secara kolektif sehingga bisa terintegrasi dalam merekrut dan mendudukkan cawabup meskipun membutuhkan waktu dan energi yang melelahkan bahwa mengintegrasikan perspektif dalam perbedaan kepentingan partai butuh proses sehingga jauh dari gejala situasi post power syndrom.

Bagaimana Posisi Bargaining Parpol di Gresik ?
Sesuai dengan Undang-Undang Pilkada pasal 40 ayat 1 bahwa Partai Politik atau gabungan partai politik dapat mendaftarkan calon jika telah memenuhi persyaratan perolehan paling sedikit 20 % dari jumlah kursi DPRD atau 25 % dari akumulasi suara sah dalam pemilu anggota DPRD.

Sehingga syarat mutlak Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati dalam pendaftaran  kepala daerah harus mengikuti tahapan yang sudah ditetapkan. Adapun pendaftarannya bisa melalui  jalur independent dengan syarat dan mekanismenya yang sudah diatur di dalamnya dan jalur Partai Politik dengan prosentasi 20 % dari jumlah perolehan kursi DPRD tingkat kabupaten.

Tahapan jalur parpol tersebut sudah dipenuhi oleh Cabup-Cawabup Qosim dan alif yg diusung oleh PKB – Gerindra dengan akumulasi jumlah  21 kursi DPRD. Sementara parpol pengusung Gus Yani yang secara terbuka menyatakan sikap dukungan adalah Partai Nasdem dan PPP Untuk berpasangan dengan Neng Min — yang merupakan representasi dari kaum perempuan.

Jika diakumulasi jumlah kursi Partai Nasdem 5 kursi dan PPP 3 kursi  jadi masih 8 kursi, sehingga belum bisa memenuhii syarat penfaftaran sesuai tahapannya. Majunya Neng Min ini merupakan langkah maju dalam demokrasi politik lokal dengan pelibatan perempuan sebagai kontestasi dalam politik praktis di Gresik.

Sehingga ini merupakan Pekerjaan Rumah bagi parpol pengusung Gus Yani untuk melakukan komunikasi intens lintas parpol yang belum menyatakan dukungannya dalam  bersikap. Sementara Partai tersisa yang belum secara terbuka menyatakan dukungan adalah Partai menengah atas yakni Golkar 8 kursi, PDIP 6 kursi , begitu juga partai bawah PAN 4 kursi  dan PD 3 kursi.

Sosialisasi awal para Cawabup dari PDIP, Golkar juga Neng Min bersama Yani bergerak senyap (silent movement)  ke basis  Nahdhiyyin, Nasionalis dan Muhammadiyah dan melalui medsos, yang tidak lain adalah untuk memperkenalkan awal sebagai kontestasi politik untuk persiapan pilkada serentak tahun 2020 dan gerakan serupa juga dilakukan oleh pasangan Qosim-Alif.

Bedanya partai tersisa mendelegasikan kader terbaiknya  bersanding dengan Gus Yani untuk mengukur kekuatan politik di bawah dan potensinya — Partai Golkar Nur Hamim dan PDIP Mujid (masing- masing ketua dpc partai kabupaten gresik).

Sosialisasi dari para cawabup ini disetiap basis parpol dan neng min ini  bisa mendongkrak popularitas Gus Yani meskipun belum signifikan karena parpol   menengah atas masih bersikap parasit “Wait and See” berbasis situasi dari  perkembangan obyektif.

Sikap tersebut dalam politik dukungan memiliki 3  kategori :

Pertama memiliki kecenderungan  penguatan posisi political bargain dan atau lemah posisi political bargain.

Kedua karena tidak terakomodir  kepentingan politiknya  berimplikasi pada kegelisahan dan kerisauan partai politik
Ketiga lambat bersikap menunjukkan gejala underperformence parpol berdampak di infrastruktur partai di bawah (floating mass).

Mengingat Parpol  adalah merupakan organisasi dari aktifis politik yang berusaha menguasai kekuasaan pemerintahan dengan merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan dengan suatu golongan dengan pandangan yang berbeda karena kategori parpol berbasis  pada sosial dan politik.– Sigmund Neumann, mari berdemokrasi yang baik, maju dan berkualitas. (*/Slv)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -



Most Popular