Investigasi.today – Setelah sempat mengalami kegagalan pada dua tahun berturut-turut, Tim Sapuangin Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya akhirnya berhasil meraih juara pertama di ajang bergengsi tingkat internasional Shell Eco Marathon Drivers World Championship (DWC) 2018 di Sirkuit Queen Elizabeth Olympic Park, London, Inggris, Minggu (8/7) waktu setempat.
Di ajang balap mobil hemat energi ini, wilayah Asia diwakili oleh tiga tim yang semuanya dari Indonesia. Selain ITS Team 2 dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dengan mobilnya Sapuangin, juga ada tim Semar Urban dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dan tim Garuda dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Ketiga tim andalan Indonesia tersebut berhasil meraih tiket menuju grandfinal DWC 2018 di London, setelah menjadi tiga tercepat dalam final DWC Asia 2018 yang dihelat usai Shell Eco Marathon (SEM) Asia 2018 di Singapura, Maret lalu. Tiga posisi teratas dalam adu kecepatan tersebut berhak melaju ke ajang grand final DWC di London, bertarung dengan tiga besar dari berbagai wilayah lain sedunia.
Final race DWC 2018 ini dihelat pada siang hari di saat musim panas dengan suhu sekitar 30 derajad Celcius. Bagi sebagian peserta yang berasal dari negara empat musim tentunya hal ini menjadi masalah tersendiri. Namun bagi Tim Sapuangin dan tim dari Indonesia lainnya, hal ini tidak menjadi masalah.
Pada final race ini, dengan trek sepanjang 6,7 km dan elevasi naik turun antara tiga hingga 12 meter, setiap tim tentu merancang strateginya masing-masing. “Ada yang setia menjaga kecepatan dalam strategi yang terukur karena race berlangsung dalam 10 lap. Sapuangin termasuk salah satunya,ungkap Billy Firmansyah, Manajer Nonteknis Tim Sapuangin ITS melalui pesan online.
Menurut Billy, Tim Sapuangin ITS sengaja memasang strategi dengan terus menggunakan kecepatan sedang di lap awal. Driver harus mengatur kecepatan yang tak boleh lebih dari 40 km/jam agar efisiensi energi menjadi seimbang. Meski begitu, ITS selalu berada dalam posisi empat besar terdepan. Melihat kondisi bahan bakar yang masih memadai, Sapuangin tancap pedal gas dalam-dalam. “Di putaran lap terakhir, Sapuangin akhirnya mampu menyalip mobil lawan dan berhasil menempati posisi terdepan, tuturnya.
Hingga lap 10 berakhir, Sapuangin memimpin melintasi garis finish. Di giant screen monitor racing tertulis Rangking I Sapu Angin. Para anggota Tim Sapuangin pun sontak berpelukan dalam tangis haru. Namun, sempat terjadi kehebohan di balik prestasi yang akhirnya mampu diraih ITS. Secara sepihak, panitia tiba-tiba menyatakan ITS baru menyelesaikan sembilan lap. Padahal, terdapat 10 lap yang semestinya harus dilampaui. Alhasil, Sapuangin melorot posisinya hingga ranking 9.
Merasa dicurangi, Tim Sapuangin pun melancarkan protes ke panitia. Dibantu rekan seperjuangan dari Indonesia, yakni Tim Semar Urban UGM dan Tim Garuda UNY.
“Dalam protes, kami sertakan data dan video yang merekam selama lomba berlangsung, terang Billy. Seteah panitia berdiskusi dengan mempertimbangkan bukti-bukti yang ada, akhirnya saat awarding di akhir acara, trofi Juara I DWC 2018 berhasil dibawa pulang Tim Sapuangin ITS.
General Manager Tim Sapuangin ITS, Rafi Rasyad mengungkapkan rasa bahagianya setelah timnya berhasil menjuarai kompetisi adu cepat mobil hemat energi ini. Ini adalah pencapaian yang luar biasa, ujar Rafi terharu. Dengan tanpa henti mengucap syukur, ia merasa kerja keras tim dan dosen pembimbing selama berbulan-bulan terbayar sudah. Ia juga merasa bahagia karena dapat mempersembahkan prestasi terbaik, tidak hanya untuk almamater ITS melainkan juga untuk Indonesia.
Rafi mengungkapkan terima kasihnya atas dukungan yang diberikan oleh banyak pihak, baik moril maupun materiil. Kami menyampaikan terima kasih kepada Shell Indonesia atas dukungan penuh untuk Tim Sapuangin ITS hingga mobil kami menjadi mobil tercepat dan hemat energi di dunia, sambung Rafi yang juga menyampaikan lewat pesan online.
Akhirnya kerjasama yang baik antara anggota tim, usaha dan doa telah membuahkan hasil yang menggembirakan. Kami menjadi juara sebagai mobil tercepat dan terhemat, dan dapat mengalahkan tim Sask Eco UC dari Kanada dan tim INSA de Toulouse dari Perancis yang menempati posisi kedua dan ketiga, ujar Moch Hafis Habibi, driver Tim Sapuangin ITS bangga. (Salvado)