Teks foto ; Yunanto ( kanan )
MALANG, Investigasi.Today – Melalui Group Jurnalis Malang Raya Kamis (6/9) seorang guru besar dan mantan wartawan Surabaya Pos di Era Sueharto, Yunanto, meluncurkan tulisan yang menginspirasi dan patut diacungi jempol oleh para kuli tinta yang tergabung di Group JMR tersebut.
Kota Malang memiliki _motto_ indah dalam bahasa Sansekerta. Motto dimaksud adalah (Malang Quqeswara) Berasal dari kata malang angquca iswara Maknanya: Tuhan menghancurkan yang bathil.
Motto yang sarat muatan filosofi itu tertulis di bawah logo Kota Malang berupa tugu. _Motto_ itu menyatu dengan logo tugu berlatar belakang bintang segi lima dalam bingkai segi lima sama kaki. Jadilah satu kesatuan logo kota terbesar kedua di Jawa Timur ini. Kota yang terdiri atas 57 kelurahan, tersebar di lima wilayah kecamatan.
Setelah menghayati makna motto tersebut, mendadak saya jadi ingat pada Walikota Malang, Kadis PUPB dan 40 orang anggota DPRD setempat plus satu mantan anggota yang di-PAW. Mereka semua berurusan dengan KPK dan akhirnya meringkuk di balik dinginnya tembok kamar tahanan. Terpisah jauh dari keluarga, kerabat, sahabat, kawan dan relasi.
Sungguh pedih!
Muncul pertanyaan “nakal” di benak saya.
Apakah mereka “bathil” (melakukan hal yang salah dan haram) sehingga “Tuhan menghancurkan” hidup mereka?
Maaf, mungkin pertanyaan tersebut dinilai beraroma ekstrim juga satire (menyindir tajam). Namun saya mencoba menuliskan uneg-uneg di benak sejujur-jujurnya. Saya berkecenderungan enggan berbasa-basi.
Lewat analogi rasional, saya mencoba mencermati makna motto tersebut. Analogi rasional dimaksud saya sandarkan pada UU No. 31/ Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yg telah diubah dengan UU No. 20/ Tahun 2001.
Galibnya, korupsi adalah kejahatan luar biasa.
Bermuatan “pengkhianatan” pada amanat rakyat. Pasalnya, mereka hadir dan eksis sebagai pejabat publik karena dipilih oleh rakyat lewat kontestasi pemilu: pilkada dan pileg.
Tak pelak, korupsi patut masuk rumpun perbuatan bathil.
Nah… bila korupsi digolongkan sebagai perbuatan bathil, betapa akurat kandungan makna di motto Kota Malang tersebut. Sungguh benar telah terjadi “Tuhan menghancurkan yang bathil”.
Persoalannya, sadarkah para pelakunya ihwal akurasi motto Kota Malang tersebut?
Entahlah.
Jawabannya pasti bersemayam di sudut lubuk hati masing-masing pelaku.
Oleh ; Yunanto, Guru Besar LASMI (Lembaga Supremasi Media Indonesia). (Utsman)