SIDOARJO investigasi.today – 200 orang anggota PKK kecamatan, desa dan kelurahan diberikan pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya pengelolaan lingkungan hidup. Melalui kegiatan Peningkatan Peran Kader dalam Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) tersebut diharapkan anggota PKK dapat mewujudkan lingkungan yang sehat. Pagi tadi, kegiatan tersebut dibuka olehWakil Ketua II TP-PKK Kabupaten Sidoarjo Hj. Endang Akhmad Zaini di pendopo Delta Wibawa Sidoarjo, Kamis, (26/4/2018).
Hj. Endang Akhmad Zaini mengatakan, derajat kesehatan manusia dipengaruhi beberapa faktor. Diantaranya faktor turunan, lingkungan dan faktor pelayanan kesehatan. Diantara faktor tersebut derajat kesehatan manusia yang paling besar dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Ia katakan permasalahan kesehatan yang disebabkan oleh faktor lingkungan bersumber dari perilaku yang tidak sehat. Hal tersebut mendorong timbulnya berbagai penyakit menular. Salah satunya penyakit diare. Di Kabupaten Sidoarjo sendiri, penyakit diare masih merupakan jenis penyakit menular yang banyak diderita masyarakat. Oleh karena itu penyakit tersebut harus terus diwaspadai.
Istri dari Sekda Sidoarjo H. Akhmad Zaini tersebut mengatakan kondisi cuaca dan musim yang saat ini tidak menentu tidak terlepas dari perilaku masyarakat. Pentingnya pengelolaan lingkungan banyak dilupakan masyarakat. Oleh karenanya TP-PKK Sidoarjo mempunyai tugas dan andil besar untuk menjaga lingkungan dengan berperilaku hidup sehat. Melalui gerakan PKK diharapkan masyarakat dapat diberdayakan dalam meningkatkan kesehatan lingkungan disekitarnya,”ucapnya.
Ia katakan meningkatkan kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan berbagai aksi. Semisal dengan mengelolah sampah, pengelolaan sarana pembuangan air limbah, menjaga kebersihan rumah, mewujudkan lingkungan bebas buang air besar sembarangan serta membudayakan cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir. Untuk itu melalui kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasinya tersebut ia berharap anggota serta kader PKK dapat meningkatkan perilaku hidup sehat dalam mewujudkan lingkungan yang sehat.
“Dengan lingkungan yang sehat, maka wilayah desa, kelurahan kita menjadi desa atau kelurahan siaga yang aktif karena masyarakatnya mempunyai kemampuan dalam mencegah timbulnya penyakit.
Dalam kesempatan tersebut Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga Dinas Kesehatan Supaat Setia Hadi, S.KM, M.KES yang menjadi narasumber menyampaikan materi tentang Gerakan Masyarakat Melalui STBM Dalam Rangka Penyelamatan Kualitas Air di Kabupaten Sidoarjo. Ia katakan, resiko kegawat daruratan air sudah didepan mata. Bahkan sadar atau tidak sadar, kegawat daruratan air sudah terjadi. Faktor resiko kegawat daruratan air disebabkan beberapa hal. Diantaranya pertambahan penduduk yang terus meningkat, industri yang makin berkembang, persediaan air baku yang memenuhi syarat yang terus menurun serta pencemaran air yang terus meningkat.
Ia katakan jumlah debit air di Sidoarjo sangat melimpah. Namun kualitasnya airnya jelek. Hal tersebut disebabkan pencemaran lingkungan. Ia katakan tahun 2012 lalu, instansinya telah melakukan survey kualitas air sumur di Sidoarjo. Hasilnya kualitas bakteriologis air sumur sebagai baku air bersih untuk air minum masih jelek. Kadar e coli nya masih diatas 50/100 ml. Sedangkan kandungan MPN coli nya mencapai 220/100 ml. Padahal baku mutu air bersih standar Kementerian Kesehatan R.I yang di ijinkan maksimal 10/100 ml dan MPN coli 50/100 ml. Artinya kualitas air sumur saat itu jauh melebihi batas untuk dapat dijadikan bahan baku air minum.
“Ini sampai sekarang, kami akan terus melakukan pemantaun air ini,” terangnya.
Supaat melanjutkan kandungan air sungai di Sidoarjo malah sangat memprihatinkan. Kandungan bakterinya mencapai 2.400/100 ml. Pengambilan contoh air dilakukan pada air sungai Mangetan dan sungai Pelayaran. Oleh karenanya PDAM Sidoarjo bekerja keras untuk membuat bahan baku air sungai tersebut menjadi layak didistribusikan ke masyarakat. PDAM melakukan pengeboman clorine/kaporit dan Poly Aluminium Chlorida (PAC) untuk menjernihkan dan membunuh bakteri air bakunya. Oleh karenanya masih dijumpai air PDAM yang mengalir ke masyarakat masih berbau kaporit.
Ia katakan penyumbang buruknya kualitas air di Sidoarjo diantaranya disebabkan oleh aktifitas buang air besar di sungai. Dari data yang ada masih terdapat 33.096 dari 473.374 rumah masyarakat yang belum memiliki jamban keluarga. Salah satu penyebabnya adalah lingkungan yang padat. Permasalahan tersebut sudah ia sampaikan kepada Dinas Perumahan dan Permukiman Sidoarjo. Ia usulkan dilingkungan yang padat dibuatkan septictank komunal atau bersama di gang atau jalan umum.
“Penting kita punya septictank untuk menyelamatkan air kita.
Ia katakan akses sanitasi dan desa ODF (Open Defecation Free) di Kabupaten Sidoarjo terus mengalami kenaikan. Di tahun 2014, akses sanitasi sebesar 72,11% dengan 14 desa ODF. Sedangkan tahun 2017 lalu akses sanitasinya telah mencapai 88,21% dengan 43 desa ODF dari 353 desa yang ada di Kabupaten Sidoarjo. Artinya desa-desa yang betul-betul buang air di jamban masih 12,19% saja. Ia berharap tahun 2019 sampai tahun 2021, seluruh desa di Kabupaten Sidoarjo menjadi desa ODF atau tidak ada yang buang air besar di Sungai. Tahun ini akan dibangun 3.306 jamban bagi keluarga miskin di Kabupaten Sidoarjo. Selain itu gerakan stop buang air besar sembarangan akan terus di galakkan.
“Kondisi ideal yang kami harapkan, ini mimpi kami, dari sanitasi yang buruk terjadi perubahan perilaku di masyarakat sehingga sanitasi buruk menjadi nol, akses jambannya 100%, layak air 100%, itu harapannya.
Sedangkan penyebab lain buruknya kualitas air di Sidoarjo adalah perilaku masyarakat yang masih membuang sampah disungai. Dan yang lainnya adalah cemaran industri,”pungkasnya (ryo).