Surabaya, Investigasi.today – Menjelang pelaksanaan puncak haji, Kementerian Agama (Kemenag) menyusun jadwal pemberangkatan jamaah dari Arafah menuju Muzdalifah hingga Mina. Penyusunan jadwal ini tidak terlepas dari kejadian musim haji tahun lalu. Waktu itu jamaah Indonesia mengalami keterlambatan saat berangkat dari Muzdalifah ke Mina.
”Terkait (skema pergerakan jamaah, Red) ini, kami sudah berdiskusi dengan semua pihak di Arab Saudi. Melakukan simulasi yang tepat untuk mengantisipasi kepadatan jamaah (saat pergerakan dari Arafah hingga Mina),” kata Direktur Layanan Haji Luar Negeri Kemenag Subhan Chalid kemarin (9/6).
Setelah melalui sejumlah simulasi, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) memutuskan bahwa pergerakan jamaah Indonesia dari Arafah ke Muzdalifah dilakukan secara bersama-sama. Setelah wukuf di Arafah pada 9 Zulhijah (15 Juni) yang berakhir menjelang petang, semua jamaah bergerak menuju Muzdalifah pada pukul 19.00.
Para jamaah yang ikut murur hanya melintas sejenak di Muzdalifah, lalu melanjutkan perjalanan dengan bus ke Mina untuk persiapan lempar jumrah. Jamaah yang mengikuti skema reguler akan bermalam sejenak di Muzdalifah. Semua jamaah sudah harus tiba di Mina pada 10 Zulhijah pukul 08.30 waktu setempat. ”Skema ini berbeda dengan rencana awal. Sebelumnya, rencananya jamaah murur lebih dulu diberangkatkan,” ujar Subhan.
Selain itu, untuk menghindari potensi terjadinya antrean pergerakan dari Arafah menuju Muzdalifah-Mina, Kemenag dan penyedia transportasi Arab Saudi sepakat menambah armada bus. Dari awalnya tujuh unit menjadi 10 unit bus per maktab.
Sebagaimana diketahui, tahun ini pemerintah menerapkan skema murur untuk pergerakan jamaah dari Arafah menuju Muzdalifah-Mina. Sebagian jamaah haji Indonesia tidak bermalam di Muzdalifah, tetapi hanya melintas, lalu berangkat langsung ke Mina. Rencananya, skema ini diikuti 55 ribu di antara 241 ribu jamaah. Prioritasnya adalah jamaah lansia dan risti.
Hingga kemarin, tercatat 32 ribu jamaah haji Indonesia mendaftar untuk skema murur. Diperkirakan, jumlah ini terus bertambah.
Selain murur, Kemenag menerapkan skema tanazul bagi jamaah yang sudah berada di Mina untuk pelaksanaan ibadah lempar jumrah di kawasan Jamarat. Lewat skema tanazul ini, sebagian jamaah tidak perlu menginap di tenda-tenda di Mina. Mereka diarahkan untuk menginap di hotel, lalu diantar lagi ke Jamarat untuk lempar jumrah sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan.
Untuk memfasilitasi pelaksanaan tanazul, Kemenag sudah berkoordinasi dengan penyedia layanan haji Arab Saudi terkait persiapan konsumsi, akomodasi, hingga transportasi bagi jamaah. (Slv)