Gresik, Investigasi.today – Demi terwujudkan generasi masa depan yang sehat dan cerdas, serta menurunkan angka anak dengan stunting, khususnya di wilayah Gempolkurung, Menganti, Pemerintah Desa( Pemdes) Gempolkurung, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik, menggelar kegiatan penyuluhan penurunan angka stunting.
Kegiatan yang berlangsung pada 20 Mei 2025 lalu itu, merupakan wujud nyata peran aktif Pemdes Gempolkurung, untuk ikutserta dalam upaya penurunan angka stunting di Kabupaten Gresik. Selain itu juga bertujuan untuk mengedukasi warga masyarakat, terkait upaya dini agar anak- anak terhindar dari stunting.
Kades Gempolkurung, Nuriyadi menyatakan, upaya penyuluhan stunting dilakukan oleh pihak Pemdes Gempolkurung, untuk menurunkan angka stunting lantaran di wilayah Gempolkurung banyak berdiri industri. Mayoritas orang tua balita bekerja setiap hari, sehingga perawatan kepada anak- anaknya berkurang.
“Untuk anak yang diperiksa terkait stunting ini ada 15 anak. Mayoritas anak dari para pendatang. Ya kurang lebih 50 persennya anak dari warga pendatang mas,” jelas Kades Nuriyadi
“Banyak pendatang yang bukan warga Gempolkurung tapi domisili di Gempolkurung. Jadi posyandu nya ikut Gempol,” imbuhnya
Masih menurut Kades Nuriyadi, penyuluhan penurunan angka stunting, diikuti oleh seluruh kader posyandu yang ada di desa Gempolkurung. Tidak hanya itu saja, anak- anak yang terindikasi stunting juga diberikan makanan tambahan yang memenuhi nilai gizi, seperti bubur kacang ijo, serta pemantauan dilakukan setiap bulan.
“Setelah penyuluhan stunting, dilanjutkan dengan rembuk stunting, untuk membahas langkah selanjutnya terkait penanganan balita dengan stunting dengan melibatkan seluruh kader,” tegasnya
Langkah Cerdas Pemdes Gempolkurung ini, mendapat apresiasi dari Camat Menganti, Bagus Arif Jauh Hari, S.STP. Menurut Bagus, upaya Pemdes Gempolkurung, sangat efektif untuk mencegah peningkatan angka stunting anak. Sehingga angka kematian anak bisa ditekan.
Ditegaskan Bagus, salah satu faktor peningkatan angka stunting adalah kemiskinan, dan banyaknya masyarakat tidak bisa menjangkau layanan kesehatan. Oleh karenya dirinya mengajak semua pihak, membantu pemerintah memberikan edukasi kepada masyarakat, agar angka stunting, khususnya di Menganti, bisa ditekan dan terus mengalami penurunan.
“Pendidikan masyarakat yang kurang baik, dan lingkungan kurang baik seperti di perkotaan, masyarakat hidup di petak-petak (bedak-bedak) kecil tidak memenuhi syarat, tak ada jendela, dan lainnya, juga berpengaruh terhadap kenaikan stunting dan kematian ibu bayi,” jelasnya.
Seperti dikabarkan sebelumnya, Data Dinas Kesehatan Gresik menyebutkan, jumlah kematian ibu mencapai 89,76 persen atau 18 orang pada 2022, dan naik menjadi 99,38 persen atau 20 orang selama tahun lalu.
Sedangkan jumlah kematian bayi dari yang semula 83 bayi atau 4,18 persen dengan angka lahir hidup (ALH) sebanyak 20.053 pada 2022, naik menjadi 97 bayi atau 4,82 dengan angka lahir hidup sebanyak 20.124 selama 2023
Penyebab utama kematian ibu adalah eklampsia dan preeklamsia, sementara faktor lainnya seperti jantung, diabet, dan lainnya. Sedangkan penyebab kematian bayi antara lain Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan asfiksia. Selain itu, juga diakibatkan keluarga bawaan, sepsis, peneumonia, diare, dan lainnya.
Pada beberapa waktu lalu, Kepala Dinkes Gresik, dr Mukhibatul Khusnah, juga menyatakan pihaknya telah berupaya maksimal dalam menekan angka AKI, AKB dan stunting, seperti mengajak ibu hamil untuk memeriksa kandungan difasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) sesuai usia kehamilan trimester dengan ANC terstandar (10T).
“Untuk memitigasi kasus tersebut bisa dimulai sejak seorang perempuan menjadi calon pengantin yang diwajibkan memeriksakan diri atau konsul kesehatan agar terbebas dari anemia, dan penyakit lainnya,” ujarnya
Bagi ibu hamil bisa melakukan K6 yakni kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi untuk mendapatkan pelayanan antenatal terpadu, dan komprehensif sesuai standar, selama kehamilannya minimal 6 kali dengan distribusi waktu: 1 kali pada trimester ke-1 (0-12 minggu), 2 kali pada trimester ke-2 (>12 minggu-24 minggu), dan 3 kali pada trimester ke-3 (>24 minggu sampai kelahirannya).
“Jika Dinkes menemukan ada kasus kematian Ibu dan Anak pasti kita lakukan Audit Maternal Perinatal Surveilans dan Respon. Kita hadirkan pakar-pakar apa saja rekomendasi yang diberikan untuk kita evaluasi. Misalnya, terlambat dirujuk kita intervensi dan perbaiki. Perbaikan mulai dari prosedur, kapasitas SDM, hingga sarpras, agar masalah-masalah atau kejadian-kejadian yang pernah terjadi tidak terulang lagi di masa yang akan datang,” terangnya.
Khusnah mengakui jika anggaran dari APBD belum mencakup semua kebutuhan. Karena itu, Dinkes Gresik mendapatkan alokasi dari sejumlah sumber pendanaan untuk penanganan AKI, AKB dan stunting, di antaranya dari Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT), dan Dana Desa (DD)
Meski AKI dan AKB trennya naik, Khusnah menyebut stunting turun, yang mana bisa dilihat dari 3 tahun terakhir. Salah satu upaya dilakukan pemerintah dengan program Gresik Urus Stunting (GUS), lalu pada tahun ini tercatat balita stunting sebanyak 3.362, balita sembuh 5.719, dan balita lulus 2.876.
“Alhamdulillah trend kasus stunting di Kabupaten Gresik terus turun. Jika tahun 2021 berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) turun sebesar 12,8% dari 23,5%, di tahun 2021 menjadi 10,7% tahun 2022. Tahun 2023 9,4 persen. Target kami tahun 2024 turun dibawah 1 digit atau dibawah 10 persen. Lebih rendah dari Jawa Timur dan nasional yang ditargetkan 14 persen,” harapnya.
Untuk diketahui, dalam kegiatan penyuluhan penurunan angka stunting di Gempolkurung ini juga dihadiri oleh Camat Menganti, Bagus Arif Jauh Hari, dr. Rahaju Nugrahani, Kepala Puskesmas Kepatihan, dan PLKB bu Agustin.(Ink)