Banyuwangi, investigasi.today – Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani didampingi Menteri PAN-RB Abdullah Azwar Anas memanfaatkan momentum gelar griya atau open house Lebaran 2024 sebagai ajang bertukar pikiran tentang Banyuwangi ke depan.
Gelar griya dan forum diaspora ini berlangsung di kediaman Bupati Ipuk dan Menteri PAN-RB Azwar Anas di Dusun Karangdoro RT 01/ RW 02, Desa Karangdoro, Kecamatan Tegalsari, sejak Jumat (12/4) hingga Sabtu (13/4).
“Setiap kali Lebaran kami tidak pernah lewatkan untuk bersilaturahmi dengan warga di Kandangdoro. Tadi juga sempat bertukar pikiran mengenai Banyuwangi ke depan. Ramai warga seperti ini membuat suasana Idul Fitri sangat terasa,” ujar Bupati Ipuk di Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (13/4).
Tak lupa Bupati Ipuk juga menyampaikan permohonan maaf bagi seluruh rakyat Banyuwangi, baik yang ada di tanah kelahiran atau di perantauan.
“Selamat Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah. Semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT. Mohon maaf atas segala salah dan khilaf,” tutur Ipuk.
Suasana kehangatan dan keakraban menyelimuti gelar griya Lebaran yang digelar Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, dan masyarakat tampak antusias datang.
“Hari ini juga digelar forum diaspora Banyuwangi, wadah berkumpulnya para perantau yang sedang mudik ke Banyuwangi,” ujarnya.
Salah seorang warga warga asal Kecamatan Sempu, Mardiyah (24) mengaku bangga karena bisa menyampaikan rasa terima kasih kepada Bupati Ipuk yang memberikan kesempatan untuk sekolah melalui program Banyuwangi Cerdas (PBC).
“Saya ingin bertemu Bu Ipuk untuk secara langsung menyampaikan terima kasih karena sudah sedikit banyak mengubah kesejahteraan hidup keluarga saya. Program PBC membantu saya dan teman-teman lain yang kurang beruntung untuk melanjutkan pendidikan tinggi dan menggapai cita-cita,” kata Mardiyah.
Program beasiswa yang sudah berjalan sejak 2013 itu memberikan kemudahan kepada para siswa dari golongan ekonomi kurang dan diharapkan dapat mengangkat derajat keluarganya dari belenggu kemiskinan. Ribuan anak muda Banyuwangi telah menerima manfaat program tersebut.
“Setiap bulannya dapat uang saku Rp1.000.000 sudah cukup bagi saya untuk biaya hidup di perantauan,” kata Mardiyah, mahasiswi UIN KHAS Jember itu. (Widodo)