Sumenep, investigasi.today – Dua pelayanan umum kesehatan di Sumenep menjadi cacatan masyarakat,kejadian ini bukan pertama kalinya yang dilakukan oleh petugas kesehatan kepada pihak keluarga pasein, walaupun motifnya yang berbeda.
Barusan ini kejadian yang berbeda pada instansi pemerintah terhadap pelayanan publik, kejadiannya pada Jumat lalu, sekitar pukul 13.30 WIB. Ketika jam besuk sudah berakhir Indra Wahyudi menjenguk pamannya yang sedang menjalani perawatan di RSUD Moh. Anwar Sumenep.
Setelah bertemu pamannya yang dirawat di salah satu ruang inap Rumah Sakit Daerah, Indra mau keluar dari ruang inap tersebut.
Ketepatan jam besuk sudah habis, pintu ruang inap dikunci oleh petugas RSUD bersama empat perawat lainnya yang salah satunya bernama Irma. Indra W, meminta kunci pintu yang sudah di kunci kepada perawat diruang itu,sebentar pak akan saya cari. Indra Wahyudi terpaksa mengatakan kepada petugas disana bahwa dirinya adalah anggota DPRD Sumenep, karena indra W ada Kunjungan Kerja di Jakarta dan takut ketinggalan pesawat.
Mendengar hal itu, petugas tersebut langsung berpura-pura cari kunci pintu ruang inap. Namun petugas lainnya malah menolak dengan menggebrak meja dan mengeluarkan kata-kata kasar. Bahkan petugas tersebut juga menantang Indra Wahyudi duel, dan mengaku tidak takut meski anggota DPRD Sumenep.
{bernama Sugiyanto}.
Semestinya perawat muda senyum bertindak cepat ,tanggap dan penyelesaian kasus bukan berlagak seperti preman , dan seharusnya ramah tama kepada siapapun yang ada diruangan Rumah sakit. Seharusnya, perawat itu memberikan pelayanan dan petunjuk yang baik bagi keluarga pasien Tapi di RSUD Moh. Anwar Sumenep.
Kata Indra Wahyudi, anggota DPRD Sumenep Fraksi Demokrat mengaku sebelumnya mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari perawat RSUD Sumenep, saat sedang membesuk pamannya yang sakit. Indra menyayangkan tindakan perawat yang menurutnya tidak sopan tersebut, karena berlagak seperti preman yang tidak pantas sebagai pelayan publik apalagi dirumah sakit
Dari pihak perawat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. H. Moh. Anwar Sumenep, {Sugiyanto} bahwa dirinya kepada Indra Wahyudi bukan bermaksud tidak sopan kepada keluarga pasien. Tetapi kunci yang diminta sedang dibawa petugas kebersihan yang sedang membuang sampah. Namun keluarga pasien itu tidak mau tau, sambil marah-marah ia tetap memaksa meminta kunci pintu karena mau ke Jakarta ada acara yang tertinggal pesawat.
Sugiyanto mengaku sudah meminta keluarga pasien itu untuk sabar menunggu hingga petugas kebersihan yang membawa kunci datang. Namun keluarga pasiean tersebut tidak mau tau bahkan marah-marahnya semakin jadi.
Sugiyanto mengaku sempat menghampiri dan meminta agar tidak marah-marah karena ruangan tersebut rumah sakit, takut pasien lain terganggu. Namun reaksi keluarga pasien tersebut semakin menjadi-jadi sehingga menarik perhatian keluarga pasien lain.
Pelayanan yang sama terjadi pada Puskesmas Bluto terhadap pasein Irmayanti warga Desa Lobuk, Kecamatan Bluto petugas pelayan Puskesmas mara-mara kepada pasein.begitu buruknya pelayanan umum kepada penderita penyakit, sedangkan petugas sangat perlu adanya Senyum, Sapa dan Santun.Pegawai Negeri yang melayani masyarakat seharusnya bertindak tegas dan cepat, karena mereka itu digaji memang untuk melayani publik, dan tugas yang dibebenkan itu merupakan amanat rakyat dan Pemerintah.
Terjadinya pelayanan petugas Puskesmas Bluto , seperti yang disampaikan Irmayanti, Warga Desa Lobuk, Sumenep, benerapa hari lalu, mendapatkan respon dari Kepala Dinas Kesehatan Sumenep dr A Fatoni mengatakan; bahwa dari penelusuran yang dilakulannya, diketahui pasien datang ke Puskesmas Bluto diluar jam kerja. Pasien datang diluar jam kerja, diatas jam 1 siang, kepada awak media.
Dijelaskan, keluarga bersama pasien (ibu dan anaknya,red) dibawa ke UGD untuk diperiksa, karena poli anak saat itu sudah tutup, maka setelah dari UGD dan sudah selesai diperiksa, langsung diberi resep oleh dokter yang memeriksanya. Dan resepnya dikremes oleh tangan, jadinya kertas resep dokternya itu lecek.
lanjut Fatoni, pasien kemungkinan tersinggungnya karena ditegur persoalnya resep dokter sampai lecek. Kemudian yang kedua karena anaknya rewel, mungkin karena diingetin, mungkin karena anaknya rewel juga, mbaknya itu (ibu pasien) langsung naik emosi gitu jadi kalau dikatakan disitu sampai nangis-nangis enggak ada. Apalagi disana sudah ada CCTVnya.
Dari pihak Pasein [Irmawati] warga Desa Lobuk, Kecamatan Bluto, ketika di konfiramsi oleh wartawan mengatakan; bahwa dirinya datang ke Puskesmas untuk memeriksa sang anak, bukan pada jam 1 siang seperti yang disampaikan Kadis Kesehatan Sumenep itu. Kalau saya dibilang datang jam 1 siang, itu tidak benar, karena saya datang sekitar pukul 11-an,
Urusan resep lecek, yang diberikan dokter dipegang sang anak, akan tetapi ditegaskan bahwa kertas resepnya tidak kotor dan tidak dijatuhkan. Yang jelas resep dokter itu, tidak jatuh atau dijatuhkan, melainkan tetap dipegang mulai dari UGD sampai ke ruang farmasi, kalau bilang resep jatuh dan diambilkan oleh dokter disana, itu tidak benar, yang benar itu petugasnya marah-marah tidak jelas gitu, ungkapnya.
Sang ibu satu anak ini tak tidak habis fikir, jika memang gara-gara resep lecek apa pantas petugas disana sampai marah-marah. Kan itu masalah kecil hanya resep sampai-marah-marah petugas itu digaji memang untuk melayani pasein bukan jalan penyelesaian dengan nada tinggi.
Bahkan kata Irmawati ada sekitar 5 orang yang curhat ke saya pernah mendapat perlakuan serupa, kalau memang ada CCTV-nya bagus itu, buka saja biar publik tahu, kalau perlu buka di hadapan kepala Dinas Kesehatan-nya, saya berani membuktikan ucapan saya ini, biar jelas siapa yang salah atau yang benar nantinya masyarakat yang menilai , karena dari pihak pelayanan merasa dirinya benar.(yus/fathor)