Yogyakarta, investigasi.today – Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X berpesan ke wisatawan untuk tak mandi di Pantai Parangtritis, Kabupaten Bantul. Di libur sekolah ini, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masih jadi tujuan wisata.
“Ya sebetulnya kalau di laut itu kan ada tim (petugas), ya. Ini sebetulnya, kan kalau saya, kesadarannya, individualnya. Kan selalu dikatakan bahwa di Parangtritis tidak boleh mandi,” kata Sultan di Kepatihan Pemda DIY, Senin (30/6).
Sultan menyinggung soal kesadaran wisatawan. Kerap terjadi, petugas sudah mengingatkan tetapi mereka tetap nekat bermain air.
“Kalau terus mereka mau mandi, itu diingatkan, tapi terus tetap melakukan, terus piye (bagaimana),” jelasnya.
Kalau orang Yogyakarta, menurut Sultan, sudah tahu bahaya di laut selatan sehingga menghindari berenang.
“Kalau orang Yogya mungkin tahu, jadi menghindari, tapi kalau yang dari luar, kan susah, kan, gitu,” bebernya.
Terkait hal ini, Sultan tengah mencari solusi salah satunya menambah papan tulisan imbauan.
“Apakah mungkin tulisan itu diperbanyak, atau apa gitu. Sehingga. Tapi kalau tetap, tetap dia ya alasannya di pinggir pantai, akhirnya ke tengah-tengah ya, ya susah juga, gitu. Ya, kesadaran saja itu sebetulnya,” pungkasnya.
Kepala Pelaksana BPBD DIY Noviar Rahmad mengatakan seluruh pantai di Gunungkidul memiliki rip current. Termasuk juga Pantai Parangtritis di Bantul.
“Rip current itu berbahaya. Setiap pantai (di Gunungkidul) ada. (Tidak hanya Pantai Drini) hampir semua pantai ada (rip current) ,” kata Noviar melalui sambungan telepon, Rabu (29/1) lalu.
“Parangtritis rip current-nya pasir, jadi berpindah-pindah,” kata Noviar.
Noviar menjelaskan di Gunungkidul terdapat 30-an pantai. Terlebih di Gunungkidul banyak karang, sehingga jika orang hanyut bisa saja tersangkut di karang.
Lanjut Noviar, rip current juga ada di pantai selatan di luar DIY, seperti Jawa Tengah.
“Pantai selatan pokoknya sampai ke Cilacap sana juga ada itu,” ucapnya.
Orang awam melihat air laut tenang padahal arus bawah di rip current kencang.
“Karena arus balik itu. Kelihatannya memang arus bawahnya lebih kencang tetapi arus atasnya kelihatan tenang. Itu yang tidak disadari wisatawan,” ujarnya.
Ke depan edukasi ke wisatawan akan ditingkatkan. Sebenarnya petugas sudah selalu stand by serta mengingatkan wisatawan. Namun, banyak wisatawan yang ngeyel.
“Ternyata memang dari wisatawannya yang tidak mau mendengar,” ujarnya.
Pelaku wisata yang membawa wisatawan ke objek wisata menurut Noviar harus menyampaikan bahaya apa saja di objek wisata yang mereka tuju.
“Jadi tidak sekadar membawa ke sana (tempat wisata) terus dilepas di situ. Itu yang ke depannya harus memang pelaku wisata mengedukasi,” jelasnya. (Sev)