Solo, investigasi.today – Baru-baru ini, muncul kasus kematian orang akibat Leptospirosis di Solo. Kasus ini menimpa seorang perempuan berinisial SH (60), warga Kelurahan Kadipiro, Kecamatan Banjarsari, Solo.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Kota Solo, Dra Setyowati mengatakan pihaknya belum mendapatkan laporan resmi terkait hal itu.
“Mungkin baru suspek. Kita tidak bisa menyampaikan kasus perorangan, kecuali itu wabah,” kata Setyowati, Sabtu (23/3).
Dia menjelaskan, leptospirosis ditularkan melalui urin tikus baik secara langsung maupun tidak langsung. Bakteri itu masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka. Bakteri ini mudah tersebar pada tempat yang basah.
Ingin tahu lebih dalam tentang penyebab leptospirosis dan pengobatannya? Mari simak penjelasan lengkapnya di bawah ini!
Mengutip laman resmi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira interrogans yang ada pada hewan. Bakteri ini dapat bertahan hidup di ginjal hewan tanpa menunjukkan gejala selama beberapa tahun.
Beberapa binatang yang bisa menjadi vektor penyebaran bakteri Leptospira meliputi
Anjing, Babi, Kuda, Sapi, Tikus
Gejala Leptospirosis
Gejala penyakit leptospirosis bisa sangat bervariasi tergantung pada individu yang terinfeksi, tetapi ada beberapa tanda yang umumnya dapat muncul. Pasien yang terjangkit dapat mengalami demam mendadak, disertai dengan rasa lemah yang cukup signifikan.
Selain itu, mata merah dan munculnya kekuningan pada kulit juga sering terjadi sebagai gejala awal. Beberapa orang juga melaporkan adanya sakit kepala yang berkepanjangan dan nyeri otot yang terutama dirasakan di bagian betis.
Gejala yang muncul dapat semakin parah seiring berjalannya waktu, termasuk mual, muntah, dan hilangnya nafsu makan. Diare juga sering terjadi pada pasien yang terinfeksi bakteri Leptospira.
Penting untuk dicatat bahwa gejala leptospirosis mungkin tidak selalu muncul secara bersamaan atau dalam urutan tertentu. Beberapa orang mungkin hanya mengalami beberapa gejala ringan, sementara yang lain bisa mengalami sebagian besar gejala yang tercantum di atas.
Pencegahan leptospirosis merupakan langkah penting untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit ini antara lain:
Gunakan sarung tangan, sepatu bot, dan pelindung mata saat beraktivitas di area berisiko.
Tutup luka dengan plester tahan air sebelum kontak dengan air di alam bebas.
Jauhi kontak dengan air yang terkontaminasi, seperti air banjir atau air limbah.
Pastikan air minum terjamin kebersihannya, hindari sumber air yang tidak terpercaya.
Cuci tangan sebelum makan dan setelah kontak dengan hewan atau lingkungan yang berisiko.
Bersihkan selokan dan area sekitar rumah secara teratur.
Vaksinasi secara teratur untuk hewan peliharaan atau ternak yang berpotensi menjadi sumber penularan.
Pengobatan Leptospirosis
Pengobatan Leptospirosis dapat dilakukan dengan mudah pada tahap awal setelah diagnosis klinis oleh dokter. Hal ini terjadi karena tubuh masih sensitif terhadap antibiotik yang tersedia di puskesmas atau rumah sakit.
Meskipun demikian, terkadang terjadi kasus yang berakhir fatal karena keterlambatan dalam diagnosis klinis. Keterlambatan menyebabkan pasien datang ke rumah sakit dalam kondisi yang sudah terlambat dan dalam stadium lanjut. (Van)