Sidoarjo, Investigasi.today – Pelaksanaan eksekusi bangunan yang terletak di komplek pergudangan Meko Abadi Blok C 30 jalan raya Ketajen Desa Wedi Gedangan Sidoarjo oleh Pengadilan Negeri Sidoarjo meski sedikit terjadi ketegangan namun proses eksekusi akhirnya berlangsung lancar dengan pengawalan ketat dari personil Polresta Sidoarjo, TNI dan Satuan Pol. PP, Selasa (10/4/2018).
Gudang dengan luas 394 M2 milik PT Hati Mutiara dengan sertifikat Hak Guna Bangunan nomor 1210 yang dipersengketakan antara Anna Tuning Sitanggang selaku Pemohon dengan Sitanggang Tumpal sebagai Termohon telah diputuskan oleh PN Sidoarjo untuk mengabulkan gugatan pemohon untuk eksekusi pengosongan gedung.
Sebelum keputusan eksekusi dibacakan oleh panitera PN Sidoarjo terjadi ketegangan antara PH Termohon dengan PH Pemohon dalam menafsirkan Keputusan eksekusi PN Sidoarjo tentang status obyek eksekusi.
Demikian pun akhirnya keputusan eksekusi berhasil dilakukan dan gudangpun berhasil dikosongkan.
Penasehat hukum Pemohon H M Priyo Oetomo mengungkapkan, eksekusi perkara PT Hati Mutiara yang dilakukan hari ini oleh Pengadilan Negeri Sidoarjo merupakan eksekusi lanjutan.
Sebelumnya pada bulan Desember 2017 Pengadilan Negeri Sidoarjo yang akan melakukan eksekusi mendapatkan perlawanan.
“Saat itu PN Sidoarjo menangguhkan eksekusi sampai perlawanan hukum selesai. Pada bulan Februari 2018 ini perlawanan selesai dan hari ini eksekusi bisa dilakukan oleh PN Sidoarjo,”ungkap Priyo.
Adanya ketegangan saat eksekusi, Priyo menganggap wajar. Dirinya menilai adanya penafsiran lain dari surat keputusan eksekusi oleh pengacara tergugat.
“Mereka kurang paham dengan bangunan yang bersertifikat Hak Guna Bangunan (HGB). Beli bangunan itu ya otomatis tanahnya juga tapi statusnya dalam sertifikat HGB,”jelasnya.
Pihaknya dalam perkara ini terbuka kalau memang pihak tergugat akan berupaya melakukan perlawanan.
“Kan masih ada tingkat Kasasi, Silahkan saja nanti kita uji lagi,”tandasnya.
Sementara itu pihak pemohon Anna Tuning Sitanggang mengatakan, Pihak tergugat Tumpal Sitanggang merupakan anak angkat dari ayahnya dan tidak ada hubungan keluarga, yang saat itu disuruh mengelola cabang perusahaan di Surabaya. Setelah cabang perusahaan yang dipegangnya maju, tumpal Sitanggang berniat mengundurkan diri dan akan mendirikan perusahaan sendiri.
“Saat itu dia minta gudang ini, namun pihak keluarga keberatan karena dia hanya anak angkat, diapun keluar dari perusahaan” tegasnya.
Setelah Tumpal Sitanggang ini keluar dari perusahaan, dirinya malahan menagih tagihan dari costumer PT Hati Mutiara hingga pihaknya melaporkan secara pidana.
“Saat itu Tumpal Sitanggang divonis 2 tahun penjara, dan kemudian barulah kita daftarkan perkara perdata ini ,”pungkasnya. (Kudori/Aria/Yut)