Surabaya terus memberikan pelatihan keterampilan kepada warga yang terkena
dampak alih fungsi lokalisasi. Sejak penutupan lokalisasi pada empat tahun
silam, hingga kini sudah ada 2000 lebih warga di wilayah eks lokalisasi yang telah
mengikuti pelatihan yang diberikan Pemkot.
Kepala Dinas Pengendalian Kependudukan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak (DP5A) Kota Surabaya, Nanis Chairani mengatakan, warga yang tinggal di
kawasan eks lokalisasi, memiliki hak yang sama dengan warga yang tinggal di
wilayah lainnya (luar lokalisasi) dalam hal mendapatkan perhatian dari dinas
nya. “Mereka berhak untuk mengikuti program kami, salah satunya pemberdayaan
ekonomi melalui pelatihan-pelatihan kami,” tegas Nanis Chairani dalam jumpa pers
di Kantor Bagian Humas, Jumat (5/5/2017).
Berdasarkan data di Dinas P5A, selama rentang 2013 hingga 2016, sudah ada 2150
warga dati tiga kawasan terdampak penutupan lokalisasi yang telah mengikuti
pelatihan.
Rinciannya, di kawasan eks lokalisasi Sememi Klakahrejo ada 275 orang, lalu di
Dupak Bangunsari ada 750 orang dan di Dolly (Putat Jaya) ada 1125 orang. “Dari
jumlah tersebut, sebanyak 50 persen hingga kini masih eksis usahanya. Yang
paling menonjol adalah warga dari Dolly seperti usaha makanan (samiler), kaos,
dan tempe,” ujar Nanis.
kurang berminat menyambut tawaran pelatihan yang diberikan Pemkot. Kala itu,
warga di sana lebih berminat untuk menggeluti usaha yang berkaitan dengan
praktik lokalisasi seperti menjadi juru parkir,
karena merasa bisa mendapatkan uang dengan cara mudah. Sementara, ada banyak
warga di luar Putat Jaya yang sudah mengikuti pelatihan.
Setelah penutupan dan dilakukan pendekatan dan dorongan dari Dinas P5A, barulah
warga di Putat Jaya tergerak untuk mengikuti pelatihan. Mereka diubah pola
pikirnya agar mau untuk menjadi lebih berdaya dengan skill yang mereka miliki
melalui usaha. Pemkot juga dibantu oleh dunia usaha yang memberikan Corporate
Social Resposibility (CSR) nya. Dan dalam perjalanannya, warga di Putat Jaya
ternyata lebih cepat dalam menyerap wawasan skill yang diberikan personel dari
Dinas P5A.
“Contohnya untuk membatik. Sebelumnya kami memberikan pelatihan membatik di
beberapa kelurahan. Nah, di Putat Jaya, mereka sangat cepat menguasainya lebih
dari mereka yang sudah belajar lebih dulu. Goresan, desain dan warna batik yang
mereka hasilkan sangat bagus. Harganya pun fantastis, selembar bisa 10 juta.
Sementara lainnya masih di kisaran ratusan ribu,” sambung Nanis.
Mantan Kabag Humas ini menambahkan, tidak hanya berupa pelatihan, Pemkot juga
melakukan pendampingan agar warga jadi lebih berdaya secara ekonomi. Semisal
yang sudah berproduksi, dibantu untuk pemasaran produknya. Pemkot punya
“etalase” untuk pemasaran produk seperti di Balai Kota Surabaya, Terminal
Purabaya, Royal Plaza dan juga di sentra UKM Dinas Perdagangan dan
Perindustrian. “Kami juga mengikutkan mereka ke pameran di luar kota maupun di
luar pulau. Tentunya kami seleksi produk yang memang terbaik. Bagi yang belum
bagus terus kami dorong,” sambung Nanis.
Hingg kini, Pemkot terus melanjutkan pendampingan dengan cara diarahkan untuk
bergabung dalam program pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dilakukan Pemkot.
Yakni Pahlawan Ekonomi yang lebih diarahkan untuk ibu rumah tangga dan Pejuang
Muda bagi mereka yang berusia lebih muda. “Bagi warga yang berminat mengikuti
pelatihan usaha, bisa datang langsung ke Kaza (Kapas Krampung Plaza) pada
setiap akhir pekan,” imbuh pejabat yang pernah menjabat Camat Tambaksari
ini.(budi)