Wajo, investigasi.today – Pemkab Wajo, Sulawesi Selatan (Sulsel) menyiapkan anggaran sebanyak Rp 1 miliar untuk penanganan bencana kekeringan. Anggaran tersebut bersumber dari belanja tidak terduga (BTT) tahun ini.
“Untuk anggaran penanganan bencana kekeringan ini sudah disiapkan dana belanja tidak terduga (BTT). Anggarannya sekitar Rp 1 miliar,” ujar Bupati Wajo Amran Mahmud, Selasa (10/10).
Amran meminta kepada jajarannya untuk turun langsung di lapangan mengecek wilayah terdampak kekeringan terutama sektor pertanian. Pasalnya, pertanian menjadi sektor yang menjadi penggerak ekonomi di Kabupaten Wajo.
“Selamatkan yang masih bisa diselamatkan. Bila perlu perkuat link-link di masyarakat supaya informasi cepat dan bisa dilakukan tindakan secepatnya,” sebutnya.
Amran meminta jajarannya bergerak cepat. Menurutnya situasi saat ini dibutuhkan kerja sama dari seluruh pihak tanpa terkecuali.
“Situasi saat ini dibutuhkan keberadaan pemerintah oleh masyarakat karena ini dalam keadaan darurat. Jadi mari bahu-membahu membantu masyarakat,” tuturnya.
Sementara Kepala Pelaksana BPBD Wajo Syamsul Bahri tidak merinci alokasi peruntukan anggaran BTT. Menurutnya, hal ini akan disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
“Untuk dana darurat pak bupati siapkan dana sekitar Rp 1 M, diminta sesuai kebutuhan tanggap darurat,” tegas Syamsul.
Syamsul menuturkan pihaknya juga tengah melakukan survei di lapangan untuk menelusuri wilayah terdampak kekeringan. Distribusi air bersih ke warga juga masih dilakukan.
“Kita juga sudah melakukan survei tanaman yang bisa diselamatkan pakai mesin bor. Untuk masalah air bersih, sudah mendistribusikan 186.000 liter ke 1.284 rumah,” ucapnya.
Sebelumnya, Pemkab Wajo juga menggelar salat Istisqa di tengah musim kemarau panjang di Lapangan Kantor Bupati Wajo, Minggu (8/10). Hal ini dilakukan sebagai bagian ikhtiar meminta hujan saat kekeringan melanda.
“Dengan salat istisqa berjemaah diharapkan Allah SWT dapat mengabulkan doa dan harapan masyarakat untuk turunnya hujan di tengah kekeringan ini,” ujar Bupati Wajo Amran Mahmud, Minggu (8/10).
Amran menambahkan, selama satu bulan terakhir pihaknya sudah menyisir beberapa wilayah di Wajo yang kondisinya sudah memprihatinkan. Utamanya di pesisir danau yang selama ini hanya mengandalkan air sungai.
“Kemarau ini sangat dirasakan dampaknya oleh masyarakat, selain krisis air bersih, juga banyak lahan pertanian yang mengalami kekeringan. Padahal sektor pertanian merupakan salah satu faktor penggerak ekonomi,” jelasnya. (Mona)