
Badung, Investigasi.today – Setiap 210 hari yang jatuh pada hari Sabtu Kliwon wuku Kuningan, umat hindu khususnya di Bali merayakan hari Raya Kuningan yang memiliki makna “Keuningan” yakni uning, mengerti, menyadari akan kehidupan spiritual yang lebih baik, dari hasil istrospeksi diri.
Apel yang pimpin ibu Wakapolres Badung Kompol Sindar Sinaga, SP, pada pukul 08.00 Wita dihalaman Mapolres Badung, Jalan Kebo Iwa, No 1, Mengwitani, Badung.
Ia menuturkan, penilaian atas “Keuningan” seperti ini tentu tidak mudah perlu kejujuran, dan kesabaran serta keikhlasan hati untuk menerima dualitas kehidupan, dengan keseimbangan bathin (upeksa).
Wakapolres saat menjelaskan makna kehidupan ada caranya yakni ada pada pemahaman terhadap kebenaran yang telah dilakukan dalam kehidupan.
“Sepanjang perjalanan jiwa di kehidupan ini, tentu banyak karma yang telah kita lewati, yang semuanya menginginkan akan kebenaran. Dan kita banyak sekali mendengar tentang kebenaran, alih – alih membingungkan” ungkapnya
“Padahal nilai kebenaran, bukan terletak pada banyaknya hal yang di dengar, namun terletak pada berapa banyak yang dapat diterapkan,” imbuhnya.
Kita telah diajarkan oleh agama kalau memperingati hari raya Kuningan, akan mengingatkan kita atas penderitaan leluhur saat melahirkan kita. Karena itu kita harus melakukan hal yang berguna bagi masyatakat untuk membalas budi baik leluhur kita yang telah melahirkan dan membesarkan kita.
Ketika kita menyadari semua itu, kita dengan mudah menghapuskan status diri dan membungkukan badan mendaur ulang sumber daya karena itu merupakan upaya menghapuskan ego dan kemelakatan yang sesungguhnya.
“Inilah sejatinya menyadari / mengerti (keuningan) akan kebenaran atas dasar cinta kasih (maitri) dan olas asih (karuna) sehingga kita selalu melihat orang lain selalu menyenangkan (mudita).
“Melalui hari raya kuningan ini, kita harus tetap menjaga diri dengan baik , karena itu merupakan bentuk balas budi kepada leluhur, memiliki Maitri (cinta kasih), karuna( olas asih), mudita ( senang orang lain berbahagia), dan upeksa (keseimbangan bathin) adalah wujud syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi,” jelasnya mengajak. (Iskandar)