
Jakarta, Investigasi.today – Beberapa perwakilan suporter kemarin hadir di gedung DPR RI, Jakarta. Mereka datang untuk memenuhi undangan rapat dengar pendapat umum (RDPU) bersama Komisi X DPR.
Wakil Ketua Komisi X DPR Dede Yusuf menyatakan, tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada 1 Oktober lalu harus menjadi momentum perbaikan sepak bola Indonesia. DPR telah melahirkan Undang-Undang Keolahragaan Nomor 11 Tahun 2022.
”Di dalamnya, ada pasal-pasal yang menyangkut tentang penyelenggaraan keolahragaan dan juga bagaimana tentang penonton dan suporter. Umumnya, banyak suporter yang tidak mendapatkan perlindungan rasa aman, nyaman, dan keselamatan. Makanya, kami masukkan ke dalam undang-undang,” ujarnya.
Menurut Dede, dalam ekosistem sepak bola, suporter sangat penting. ”Karena itu, kami ingin mendengarkan pemikiran teman-teman suporter terkait bagaimana sepak bola ke depan,” imbuhnya.
Perwakilan Aremania Muhammad Salahuddien Manggalanny menyampaikan aspirasinya. Menurut dia, penonton yang menyaksikan pertandingan sepak bola harus memiliki jaminan asuransi.
”Undang-undang yang mengatur ini mohon untuk didetailkan. Di-break down. Dalam tiket, berapa persen yang dialokasikan untuk asuransi,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum The Jakmania Diky Soemarno turut menyampaikan unek-uneknya. Salah satunya, meminta komisi X berkoordinasi dengan Komisi III DPR untuk mengusut tuntas tragedi Kanjuruhan.
”Jangan bicara sepak bola jalan dulu kalau pengusutan tragedi Kanjuruhan masih seperti ini situasinya. Kami tentu berharap sepak bola kembali. Tapi, sebelum sampai sana, usut tuntas siapa yang salah dan siapa yang harus bertanggung jawab. Jangan sampai ratusan nyawa hilang sia-sia dan masalah ini berlalu begitu saja,” tegas Diky.
Alumnus Universitas Indonesia tersebut juga meminta tim task force transformasi sepak bola Indonesia benar-benar bekerja. Sistem pengelolaan pertandingan ke depan harus bermuara untuk membahagiakan suporter.
”Secara psikologis, ketika nyaman di tribun, nggak akan ada kejadian apa-apa,” ucapnya.
Diky menambahkan, dalam penyelenggaraan pertandingan sepak bola, suporter harus ada di pihak tertinggi. Namun, faktanya, suporter ada di titik terbawah.
”Suporter ditendangi. Tidak dianggap manusia. Padahal, nonton ke bioskop lebih mahal daripada nonton bola,” tutur Diky.
Sementara itu, kemarin Asosiasi Pesepak bola Profesional Indonesia (APPI) bertemu dengan para pengurus PSSI di kantor PSSI, GBK Arena, Jakarta. Dalam pertemuan tersebut, APPI mendukung agar kompetisi sepak bola di Indonesia segera bergulir.
”Kami menyampaikan bagaimana langkah-langkah selanjutnya agar liga berjalan. Ini menyangkut hidup para pemain. Kalau kondisi saat ini terus berlanjut, akan menjadi masalah baru. Kami juga sudah menyerahkan surat,” ujar Ketua Umum APPI Andritany Ardhiyasa.
”Secara garis besar, kami mendukung kompetisi ini agar bisa berjalan. Pertemuan ini sangat positif. Dan, hasil pembicaraan ini akan kami sampaikan ke member APPI, semua pemain. Saya berharap kita bisa bertemu kembali dan terus berdiskusi demi perbaikan sepak bola nasional,” imbuh penjaga gawang Persija Jakarta itu.
Saat ini, ada tiga opsi tanggal yang disiapkan PT Liga Indonesia Baru (LIB) untuk kembali memutar kompetisi. Yaitu, pada 18 November, 25 November, atau 2 Desember.
Namun, sebelum menuju ke waktu itu, tim task force transformasi sepak bola Indonesia harus sudah menuntaskan pekerjaannya. Yaitu, membuat SOP baru dalam menggelar pertandingan sepak bola.
Terkait hal itu, Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan menerangkan, tim task force transformasi sepak bola Indonesia masih terus bekerja. ”Kami berharap pada 15 November (SOP baru) sudah bisa diserahkan ke pemerintah,” ujar Iriawan. (Slv)