penerima beasiswa dari Pemerintah Kota Surabaya yang telah lulus dari Akademi
Teknik Keselamatan Penerbangan (ATKP) Surabaya, akan memulai merasakan dunia
kerja. Mereka telah menandatangani kotrak bekerja selama lima tahun di Garuda
Maintenance Facility (GMF) di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang,
Banten.
Surabaya, Tri Rismaharini di ruang kerja nya, Jumat (21/4/2017).
didampingi Kepala Dinas Sosial Kota Surabaya, Supomo.
Kepada mereka, wali kota berpesan beberapa hal. Diantaranya agar mereka bekerja
sungguh-sungguh dan tidak malas, lalu terus belajar dan tidak malu bertanya,
siap ditempatkan di manapun dan membawa nama baik Surabaya. “Keahlian kalian
ini sangat dibutuhkan. Tetapi kalian harus terus belajar dan bersungguh-sungguh
bekerja. Tidak boleh malu. Coba belajar bahasa asing. Kalau kalian bagus, nanti
bisa ditempatkan di luar negeri,” jelas wali kota.
Menurut wali kota, mereka memang mendapatkan CSR dari GMF. Karena itu, ada
ikatan dinas yang telah terjalin selama lima tahun. Namun, wali kota mengimbau
agar mereka tidak neko-neko. Sebab, bila prestasi nya tidak bagus, pihak GMF
bisa melakukan evaluasi. “Kalian nanti masih kontrak. Jadi tidak boleh
sembrono. Bisa saja kalau prestasinya tidak bagus diberhentikan. Tapi saya
tidak ingin itu terjadi. Kalian harus bisa lulus bekerja lima tahun dan berprestasi
sehingga bisa terus naik,” pesan wali kota yang telah menerima banyak
penghargaan ini.
Wali kota juga berpesan agar saat sudah bekerja, mereka selalu ingat kepada
orangtua mereka. Ingat dalam artian ikut membantu orang tua dengan menyisihkan
sebagian gaji atau tabungan untuk orangtua mereka. Sebab, kebanyakan dari
mereka berasal dari keluarga tidak mampu. “Mungkin kalian bisa sekolah
karena saya bantu. Aku tidak pingin balesan. Aku pingin kalian bales
orangtuamu. Sisihkan tabungan, bantu orangtuamu, bantu adik-adikmu,” tegas
wali kota.
Dalam kesempatan tersebut, wali kota juga menegaskan akan membantu biaya
transportasi keberangkatan ke-24 anak-anak inspiratif dari Surabaya ke
Tangerang. Termasuk juga akan mencarikan tempat tinggal untuk mereka.
Kebanyakan anak-anak ini memang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Orang
tua mereka ada yang bekerja sebagai juru pakir, buruh pabrik, penjual siomay,
tukang potong rambut, sopir angkot, satpam, dan bahkan ada yang bekerja
serabutan. Mereka mendapat beasiswa dari Pemkot yang telah melakukan pendataan
dan seleksi untuk kemudian bersekolah di ATKP.
Kepala Dinas Sosial Surabaya, Soepomo mengatakan, pihaknya mendapat data awal
siswa ini dari Dinas Pendidikan Kota Surabaya yang berasal dari sekolah-sekolah
di Surabaya. Sempat melakukan pengumuman di media tetapi kurang mendapat
respons, Dinas Sosial lantas melakukan pendataan sekaligus verifikasi dari
rumah ke rumah. Syaratnya adalah mereka yang berprestasi di sekolahnya dan
memang berasal dari keluarga kurang mampu. “Kami mendatangi 800-an anak
ini, ke rumah masing-masing. Sampai akhirnya tersaring menjadi 24 orang
ini,” ujarnya.
Salah satu siswa berprestasi itu, Riksa Alfarisi (19 tahun) dari SMKN 5
Surabaya jurusan permesinan, mengaku bangga bisa mendapatkan beasiswa dan lulus
dari ATKP, bahkan kini akan bekerja sebagai teknisi pesawat di GMF. “Rasanya
sangat bangga bisa mengangkat derajat orang tua. Saya berterima kasih kepada
ibu Risma dan Pemkot Surabaya dan semua pihak yang telah membantu kami hingga
jadi seperti sekarang,” ujar warga Kelurahan Gading, Tambaksari ini.(bud)