Gresik, investigasi.today – Di tengah derasnya tantangan zaman dan tekanan ekonomi global, Kabupaten Gresik memilih untuk tidak berdiam diri. Saat banyak daerah masih berkutat pada tataran wacana, Gresik melangkah dengan kerja nyata.
Seratus hari pertama kepemimpinan Bupati Fandi Akhmad Yani dan Wakil Bupati dr. Asluchul Alif menjadi bukti bahwa perubahan yang dibutuhkan masyarakat bisa dimulai dari keberanian mengambil keputusan dan bertindak tepat sasaran.
Dari ruang kelas hingga jalan desa, dari nelayan hingga penyandang disabilitas, dari benih padi hingga barcode kartu keluarga—semuanya membawa satu pesan: pemerintah hadir. Bukan sekadar sebagai pengatur, tetapi sebagai pelayan masyarakat yang menjawab kebutuhan paling mendasar.
Di banyak tempat, pendidikan masih menjadi hak yang mahal. Namun di Gresik, akses dan inklusivitas mulai diwujudkan. Sebanyak 144 mahasiswa menerima Beasiswa Mahasiswa Produktif—bukan demi angka statistik, melainkan karena banyak anak-anak cerdas hampir putus kuliah akibat biaya. Sebanyak 100 anak berkebutuhan khusus kini memperoleh hak yang sama melalui program Hatiku Padamu (HTM). Komitmen pada kesetaraan juga ditegaskan melalui penempatan 129 guru pendamping disabilitas serta rehabilitasi enam SD dengan capaian realisasi mencapai 120 persen. Para guru swasta yang selama ini berjibaku tanpa kepastian kini mendapatkan insentif: 2.287 guru SD/MI dan 1.771 guru SMP/MTs telah menerima dukungan tersebut.
Menghadapi fluktuasi harga dan dinamika dunia usaha, Pemkab Gresik meluncurkan program Gresik Gema Karya dan Gresik Kerja. Saat ini, 282 admin perusahaan aktif mencocokkan lowongan dengan tenaga kerja lokal. Lima pelatihan bersertifikat BNSP bagi warga miskin (DTKS) telah digelar, membuka jalan menuju keterampilan dan daya saing. Mini Job Fair di Gresik Selatan menawarkan 27 profesi, termasuk bagi lulusan SMA yang kesulitan masuk ke pasar kerja formal. Di sisi lain, sektor UMKM terus didorong melalui pembuatan 211 NIB, pendaftaran 53 merek, serta fasilitasi sertifikasi mutu bagi 20 produk IKM—sebuah cara membangun ekonomi dari bawah, bukan sekadar dari atas.
Dalam 100 hari, layanan kesehatan tidak hanya dibangun, tetapi juga dijamin aksesibilitas dan mutunya. Peluncuran RS Gresik Sehati menjawab kebutuhan layanan medis masyarakat wilayah selatan, dengan status akreditasi yang menandakan kualitas terjaga. Sebanyak 1.371 kader kesehatan telah dilatih—tiga kali lipat dari target awal. Enam puskesmas rawat inap kini aktif, dan 435 balita mendapat pendampingan untuk pencegahan stunting. Bahkan di tengah meningkatnya risiko TBC, deteksi dini menemukan 9.228 kasus terduga dari target 5.000—pencapaian sebesar 185 persen yang menyelamatkan nyawa, bukan sekadar angka di atas kertas.
Warga tak lagi harus menempuh perjalanan jauh untuk mengurus dokumen. Melalui Nawakarsa Gresik Tuntas, 20.000 kartu keluarga kini tersedia dalam format barcode, yang mempermudah akses ke berbagai layanan publik. Gresik Integrated Smart System (IOP) telah mengintegrasikan data dari 46 OPD, mempercepat pengambilan keputusan dan mengurangi duplikasi informasi. Di tingkat desa, sebanyak 660 perangkat desa telah dilatih melalui Program Desa SIAP, menghasilkan sembilan inovasi desa digital, mulai dari layanan pengaduan masyarakat hingga sistem arsip elektronik.
Ketika luapan Kali Lamong merendam ladang dan rumah warga, pemerintah tidak tinggal diam. Perbaikan tanggul di tujuh titik dan normalisasi sungai sepanjang 9,86 kilometer telah rampung, bahkan melampaui target awal dengan capaian 197 persen. Di bidang infrastruktur, 18,6 kilometer jalan diperbaiki lewat URC, melampaui target 17,1 kilometer. Di jalur padat, kendaraan berat kini diatur jam operasionalnya demi keselamatan warga.
Pemerintah Kabupaten Gresik juga menghadirkan Program GATI (Gerakan Ayah Teladan Indonesia) yang telah melatih 1.620 ayah agar lebih siap mendampingi keluarga. TPA Masmundari dibuka bagi keluarga rentan yang membutuhkan tempat penitipan anak saat bekerja. Di sektor maritim, sebanyak 1.715 paket sembako dan 4,5 ton beras disalurkan untuk nelayan di enam wilayah. Ini bukan sekadar bantuan sosial, melainkan bentuk nyata keberpihakan. Pemerintah juga menegakkan larangan penggunaan cantrang demi menjaga keberlanjutan laut. Perlindungan buruh migran difokuskan melalui penyusunan dan peluncuran Perdes Migran Emas di 10 desa. Sebanyak 24.948 warga menerima bantuan sosial, dan PKH Inklusif menjangkau 991 lansia serta penyandang disabilitas—komitmen bahwa pemerintah tidak abai terhadap kelompok rentan.
Mendukung ketahanan pangan, petani terdampak banjir menerima 2.050 kilogram benih padi dan 8.200 kilogram pupuk NPK. Ekonomi hijau turut digerakkan melalui Pameran Nasional Giri Kedaton Bonsai, yang melibatkan lebih dari 1.000 peserta dan menjadikan Gresik sebagai pusat seni bonsai nasional. Nawakarsa Gresik Barokah mendorong semangat budaya dan partisipasi pemuda melalui Pekan Kebudayaan Daerah dan Pemuda Inspiratif Gresik. Dari kirab budaya hingga workshop kaligrafi, Gresik tak hanya membangun, tapi juga merawat identitas. Di Karangkiring, sebanyak 5.300 bibit mangrove ditanam bersama perusahaan, jauh melampaui target awal 1.000 bibit—pencapaian 530 persen yang mencerminkan kesungguhan menjaga lingkungan.
“Semua hal ini penting, tapi kami harus berkonsentrasi pada hal-hal yang mengakar dan berdampak besar bagi masyarakat,” ujar Plt. Bupati Gresik, dr. Asluchul Alif, menutup pemaparannya.
Gresik telah membuktikan bahwa 100 hari bukan sekadar waktu untuk menyusun rencana, tetapi untuk mewujudkan langkah-langkah konkret yang langsung dirasakan oleh rakyat. Dari lorong-lorong sekolah hingga dermaga para nelayan, dari balai desa hingga rumah sakit, dari kebun bonsai hingga barcode layanan publik—Gresik melaju bukan demi prestise, melainkan demi harapan rakyat yang tak bisa ditunda. Gresik Baru sedang dibangun, dan semua diajak ikut serta. (Ink)