Surabaya, investigasi.today – Bagi warga Surabaya, November identik dengan Hari Pahlawan. Ketika tepat pada 10 November 1945 silam, Arek-Arek Suroboyo dengan gelora semangat dan pantang takut, berani melawan sekutu yang ingin kembali menjajah Indonesia melalui Surabaya. Kisah heroik itu abadi, hingga kini.
Menyambut datangnya bulan November tahun ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya kembali menggelar Sekolah Kebangsaan demi mewariskan semangat cinta tanah air kepada generasi muda era kekinian.
Sekolah Kebangsaan yang dikemas layaknya aktifitas belajar mengajar ini diawali di Taman Jayengrono, Senin (23/10/2017). Agenda tahunan ini dihadiri ratusan pelajar di Kota Surabaya. Dari tingkatan Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Mereka duduk lesehan di tengah taman yang sudah ditata bernuansa perjuangan.
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini dan beberapa veteran pejuang, tampil sebagai seorang “guru” yang berkisah tentang perjuangan para pahlawan dan juga semangat kepahlawanan.
Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Surabaya, Hartoyik, menjadi “guru pertama” pada Sekolah Kebangsaan kali ini. Veteran pejuang yang kini berusia 87 tahun ini berkisah tentang betapa dashyat perjuangan para pahlawan, khususnya arek-arek Suroboyo dalam mempertahankan kemerdekaan. “Tujuan Sekolah Kebangsaan ini bagus agar anak-anak tidak melupakan sejarah. Terlebih di area ini (Taman Jayengrono), ada momentum sejarah luar biasa. Sebagai cucu dan cicit para pahlawan, kalian harus memiliki semangat besar untuk meneruskan perjuangan para pahlawan,” tegas Hartoyik.
Setelah eyang Hartoyik, giliran Wali Kota Tri Rismaharini yang menyampaikan pentingnya diadakan Sekolah Kebangsaan. Menurut wali kota, Sekolah Kebangsaan ini penting diselenggarakan agar anak-anak tahu bahwa kemerdekaan yang diraih, bukan karena diberi. Tetapi merupakan hasil perjuangan para pahlawan. Semua warga Surabaya kala itu ikut bertempur dan ribuan orang gugur. “Kalian bisa bersekolah dan beraktivitas seperti sekarang, karena hasil perjuangan. Karena itu, sudah seharusnya kalian meneruskan perjuangan para pahlawan. Tentunya tidak dengan mengangkat senjata. Tetapi kalian harus siap menjadi pemenang dalam kompetisi dengan anak-anak dari seluruh dunia,” ujar wali kota.
Menurut wali kota, dipilihnya lokasi Taman Jayengrono karena di kawasan tersebut, pada 1945 silam, terjadi pertempuran antara arek-arek Suroboyo melawan sekutu yang mengakibatkan pimpinan sekutu, jenderal Mallaby tewas di Surabaya. Termasuk ketika melakukan penyobekan bendera di Hotel Yamato (sekarang Hotel Majapahit) pada 19 September 1945. “Para pahlawan dulu berani berjuang dengan alat seadanya. Tetapi mereka punya nyali dan berani demi mempertahankan kemerdekaan. Karena itu, kalian jangan pernah merasa takut atau rendah diri. Kalian harus berani berjuang untuk memperebutkan keberhasilan. Apalagi kalian dibekali dengan ilmu pengetahuan. Gunakan apa yang kalian miliki untuk kemajuan kalian,” sambung wali kota.
Selama sekitar satu jam, wali kota yang pekan ini akan menerima penghargaan Global Green City Award PBB di New York, menyampaikan banyak pesan penting kepada para pelajar. Tentang semangat kepahlawanan yang harus diwarisi, tentang pentingnya keberanian untuk bersaing dengan pelajar di seluruh dunia, tentang pentingnya menjadi pemenang di kota sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. Juga tentang imbauan agar pelajar tidak mem-bully temannya.
“Sesama pelajar adalah teman. Kalian tidak boleh mem-bully sesama teman. Kalian juga jangan membeda-bedakan teman berdasar kemampuan ekonominya, suku, agama. Jangan permasalahkan itu. Jangan karena sibuk mempermasalahkan itu kalian lalu jadi pecundang. Jadilah seperti sapu yang kuat karena bersatu,” pesan wali kota.
Menariknya, Sekolah Kebangsaan tidak hanya digelar secara pasif (komunikasi satu arah). Tetapi dikemas interaktif. Para pelajar bisa berinteraksi langsung dengan wali kota dan dengan mengajukan pertanyaan. Ada siswi yang mengajukan pertanyaan apa prinsip wali kota dalam memimpin Surabaya, juga pertanyaan bagaimana cara wali kota menyemangati diri ketika sedang dalam kondisi tertekan. Hingga ada pertanyaan bagaimana agar generasi muda bisa selamat dari ancaman narkoba, minuman keras maupun pergaulan bebas.
Sekolah Kebangsaan merupakan agenda tahunan yang digagas Pemkot Surabaya sejak beberapa tahun lalu untuk menyambut Hari Pahlawan. Lokasi yang dipilih sebagai tempat Sekolah Kebangsaan tersebut tidak sembarangan. Tetapi merupakan tempat-tempat yang sarat akan nilai sejarah karena dulunya menjadi “saksi perjuangan” para pahlawan. (bud)