BATU, investigasi.today -Pemkot Batu lagi serius mempersiapkan tiga desa untuk dikembangkan menjadi Desa Wisata.Tiga desa tersebut adalah Desa Pandanrejo, Desa Sidomulyo, dan Desa Sumberejo.
Plt Kepala Dinas Pariwisata Kota Batu, Imam Suryono mengatakan, tiga desa itu akan dikaji terkait potensi wisata apa saja yang dimiliki, misalnya Desa Sidomulyo ada wisata petik apel, petik bunga. Namun, tidak cukup hanya sampai di situ, Disparta juga akan mengarahkan bagaimana desa itu mampu mengelola wisata tidak bergantung pada pemerintah.
“Harus mandiri, kami mengarahkan desa itu harus mampu mengelola desa wisata dengan melihat potensi di wilayahnya masing-masing. Kalau sudah ada petik apel, kembangkan lagi, semisal dijadikan wisata produksi keripik apel,” kata Imam, Jumat (26/1)
Tidak hanya sampai disitu saja, pengelolaan desa wisata juga harus menggunakan anggaran dari Alokasi Dana Desa (ADD) dan Dana Desa (DD).
Imam menegaskan, desa harus mampu mengelola anggaran yang diberikan dengan memanfaatkan dana – dana tersebut. Dalam hal ini peran Pemkot adalah memberikan masukan ke setiap desa, bahwa desa wisata bisa dibangun menggunakan anggaran ADD dan DD.
“Tahun ini benar-benar lebih kami tekankan pemanfaatan anggaran. Karena untuk mengembangkan desa wisata. Semisal, diberi paket wisata, sehingga pengunjung itu tahu oh selain wisata petik apel ternyata ada petik lainnya. Nah itu dikelola menggunakan dana yang mereka punya. Menggali potensi,” ungkap Imam.
Usulan ini memang baru diprogramkan tahun 2018 ini. Karena Pemkot Batu juga menargetkan jumlah wisatawan di 2018. Tahun 2017 jumlah wisatawan mencapai target, bahkan melebihi target, yakni 4,2 juta pengunjung. Di tahun 2018 ini, setidaknya target wisatawan sebanyak 5 juta pengunjung.
Sementara itu, satu lokasi wisata anyar di Kota Batu, yakni Ngukir Wisata Alam (NWA) di Dusun Ngukir, Desa Torongrejo, Kecamatan Junrejo, sudah dikelola oleh ADD. Walaupun masih baru dibuka sekitar 2 minggu, wisata ini masih perlu dikembangkan. Erita Dian Safitri, pengelola NWA mengatakan konsepnya memang desa wisata dan memberdayakan masyarakat sekitar.
“Kami awalnya memanfaatkan lahan yang kosong. Untuk pengelolahannya kami dibantu dengan dana dari desa. Masih baru, makanya kami mengusulkan ke desa bahwa kami punya potensi wisata alam,” kata Erita.
Di lahan seluas sekitar 2 hektar ini nantinya akan dibentuk konsep wisata edukasi. Ada lahan strawberi, durian, sawo hutan, cepeda, yang akan disiapkan untuk pengunjung. Tiket masuk ke area ini juga cukup terjangkau, yakni hanya Rp 10 ribu. (bangir)