Surabaya, investigasi.today – Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya seperti tak kenal lelah menorehkan prestasi. Kali ini melalui Göttingen Model United Nation (GöMUN) di Jerman, delegasi mahasiswa ITS tampil menyimulasikan konferensi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) dan akhirnya berhasil raih Best Position Paper, Juni lalu.
Campus of the Georg-August-University of Göttingen, Jerman ini menjadi saksi bisu kemenangan Agustinus Kurniawan Ady Sulistyo, salah satu anggota delegasi ITS, dalam kategori Best Position Paper di GöMUN. Mahasiswa ITS lainnya yang menjadi anggota delegasi di antaranya Zhafir Tri Setiabudi P (Teknik Perkapalan), Khalda Ardelia Yunus (Teknik Lingkungan), Lolita Agastya (Teknik Biomedik), Farah Qonita Syuhaila (Teknik Fisika), Fadilah Muhammad Abdurrahman (Teknik Kimia), dan Naufal Afif Prahasto (Teknik Material).
Tahun ini, badan PBB yang dikompetisikan dalam GöMUN di antaranya Disarmament and International Security Council (DISEC), Human Rights Council (UNHRC), United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), North Atlantic Treaty Organization (NATO), dan Futuristic Security Council as a Crisis Committee (UNSC). Terdapat delegasi ITS di masing-masing committe, saya sendiri berada di UNSC, tutur Agustinus Kurniawan Ady Sulistyo yang akrab disapa Yoyok.
Di GöMUN, topik dari UNSC adalah European Separatist Movement, di mana gerakan separatis di Spanyol makin merajalela. Yoyok sebagai Security Council harus mempertimbangkan banyak cara agar mendapat solusi dari masalah tersebut. Saya sendiri berperan sebagai Emily Thornberry, Perdana Menteri United Kingdom (UK) pada saat itu, jelas Yoyok antusias.
Sulitnya menjadi delegasi UK, menurut Yoyok, pada saat itu proses Brexit (Britain Exit) selesai dan perekonomian UK kurang bagus. Maka dari itu, Yoyok harus belajar dan melakukan riset lebih untuk meningkatkan kekuatan ekonomi dan stabilitas politik di UK supaya tidak terpengaruh dengan konflik separatis di Uni Eropa. Brexit sendiri merupakan peristiwa keluarnya Inggris dari Uni Eropa.
Saat diskusi, ada hal menarik yang dialami oleh Yoyok. Karena saya memerankan karakter wanita jadi saya dipanggil Miss Thornberry, waktu ada delegasi yang nyebut nama saya di pidatonya, dia malah tertawa sampai waktunya habis, cerita mahasiswa asal Jakarta tersebut mengenang peristiwa unik yang dialaminya selama kompetisi.
Tak sia-sia, perjuangannya membuahkan hasil. Ia meraih Best Position Paper mengalahkan sekitar 130 peserta dari 14 negara berbeda. Dalam position paper, yang paling penting adalah cara pandang dan solusi diplomatis yang ditawarkan yang sesuai dengan negara masing-masing.
“Kebetulan solusi yang saya tawarkan hampir semua diimplementasikan sebagai solusi committee, jadi bisa jadi nilai tambah juga, tutur Yoyok bangga.
Ketika ditanya soal hambatan, Yoyok bercerita. Di Indonesia saya termasuk punya badan gede, jadi kalau lomba nasional mungkin agak mengintimidasi, tapi kalo di GöMUN, saya cowok paling pendek, jadi saya yang terintimidasi, kelakar mahasiswa Departemen Teknik Mesin tersebut.
Di akhir wawancara, Yoyok berpesan agar selalu fleksibel sebagai mahasiswa. Jangan ragu-ragu untuk menambah nilai jual kita dengan menambahkan skill-skill baru secara tekun dan jangan takut mengambil kesempatan yang ada, pungkasnya. (Salvado)